Langsung ke konten utama

Postingan

Terbaru

Menyikapi Keberagaman Sistem Keberagamaan

  Sumber gambar: artikula.id/pixabay.com Kamis (22/02/2024) malam saya mengikuti rapat takmir masjid di lingkungan tempat tinggal kami. Agendanya pembahasan rencana kegiatan Ramadan. Kudapannya kacang rebus, onde-onde, dan molen pisang. Minumannya air putih dalam kemasan botol plastik. Andaikan ketahuan siapa itu, barangkali panitia akan di- bully: tidak ramah lingkungan. Sahabat saya, salah seorang peserta rapat, usul: penceramah yang isi ceramahnya berpotensi memicu perpecahan perlu ditegur. Ramai mengemuka tanggapan dengan sudut pandang beragam. Tafsir saya, isi ceramah yang dimaksud adalah pandangan atau pendapat yang berbeda dari ajaran yang sudah diyakini dan diamalkan oleh sebagian jemaah. Maka, saya melontarkan tip: menyimak ceramah agama itu seperti menonton kampanye. Kalau telanjur hadir di kampanye regu A, ya, kita simak saja isi kampanyenya. Kalau visi, misi, dan programnya tidak sesuai dengan isi kepala kita, ya, tinggal kita putuskan di bilik suara: tidak mencoblos
Postingan terbaru

Pengemudi Taksol

Kata  ojol —singkatan dari ojek online —sudah  terdaftar sebagai lema di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Untuk taksi daring, saya  usulkan—setidaknya dalam tulisan ini—sebutan  serupa: taksol (taksi online ). Senin (19/02/2024) malam keluarga kami membutuhkan alat transportasi yang cepat dan tepat. Cepat, artinya mudah didapat dan cepat sampai tujuan. Tepat, bisa menjemput dan mengantar door to door . Kami harus berangkat ke Klaten malam itu juga. Menjelang pukul 10 malam, istri saya menerima kabar per telepon dari keponakannya: ibunya (kakak istri saya) dipanggil Sang Khalik. Pagi, hari yang sama, dia dilarikan ke rumah sakit. Kesehatannya drop.  Mestinya Mbakyu dirawat di ruang perawatan intensif, tetapi seluruh bed di ruang ICU sudah terisi pasien. Dia sementara hanya bisa dirawat di IGD, dengan instalasi peralatan medis ala ICU. Rupanya ruang perawatan gawat darurat itu menjadi tempat "kencan" Mbakyu dengan Izrail. Kami sempat syok . Sejenak kemudian, kami bergegas

Menjawab Protes

Para narawiyata berkutat dengan perencanaan program kerja. Luar biasa! Dua puluh (100%) responden mengaku bahagia menjalani rutinitas harian di rumah. Seperti apa profil rutinitas mereka di rumah? Sejak pulang dari bekerja hingga sebelum tidur, hanya empat orang (20%) yang merasa santai. Mereka bisa menghabiskan 50% s.d. 75% waktu di rumah untuk bersantai. Dua belas orang (60%) masih agak sibuk. Mereka punya 25% s.d. 50% waktu selepas bekerja untuk bersantai bersama keluarga. Sementara, empat orang (20%) sisanya masih harus kembali sangat sibuk. Mereka hanya bisa menikmati kurang dari 25% waktu sore hingga malam untuk bersantai. Berapa lama mereka punya waktu bersama keluarga dari sore hingga malam? Sepuluh orang (50%) baru tiba di rumah antara pukul  16.30—17.00 . Enam orang (30%) sampai di rumah antara pukul  16.00—16.30 . Satu orang sudah sampai di rumah antara pukul  15.30—16.00 , satu orang antara pukul  17.30—18.00 , dan satu orang lainnya baru mendarat di rumah setelah pukul 18.

Guru Mengejar Hakim

  "Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar". Demikian tema peringatan Hari Guru Nasional tahun ini. Pokoknya, "merdeka" menjadi mantra paling sakti di kalangan pendidik dan tenaga kependidikan selama 4 tahun terakhir. Merdeka itu bebas. Bebas itu ya bebas saja. Di alam merdeka belajar ini publik sering disuguhi berita tentang berbagai manifestasi kebebasan di dunia pendidikan. Aneka perilaku ekspresi kebebasan itu sepertinya bisa dihimpun menjadi satu kata: perundungan. Ada  pendidik—dengan segala sebutan spesifiknya—merundung peserta didik—juga  dengan segala julukan spesifiknya. Ada perundungan antarpeserta didik. Ada peserta didik merundung pendidik. Ada perundungan oleh orang tua peserta didik kepada pendidik. Barangkali ada juga perundungan antarpendidik, antarorang tua peserta didik, atau antara pendidik dan pemangku kuasa bidang pendidikan.  Yang tidak boleh dilupakan, swaperundungan (self-bullying) : bunuh diri. Beberapa bulan belakangan muncul tren baru: m

Indonesia Belum Mantan

  Bu Guru Lis, Pak Guru Jack, Pak Guru Yo, dan Kang Guru Gw "Selamat pagi, Prof. Saya sedang explore di Semarang," tulis Mas Joko "Jack" Mulyono dalam pesan WhatsApp-nya ke saya. Langsung saya sambar dengan berondongan balasan, "Wow, di mana, Mas? Sampai kapan? Om Yo nanti sore tiba di Semarang juga, lho." "Bukit Aksara, Tembalang (yang dia maksud: SD Bukit Aksara, Banyumanik—sekira 2 km ke utara dari markas saya)," balas Mas Jack, "Wah, sore bisa ketemuan  di Sam Poo Kong, nih ." Cocok. Penginapan Om Yohanes "Yo" Sutrisno hanya sepelempar batu dari kelenteng yang oleh masyarakat setempat lebih lazim dijuluki (Ge)dung Batu itu. Jadi, misalkan Om Yo rewel di perjamuan, tidak sulit untuk melemparkannya pulang ke Griya Paseban, tempatnya menginap bersama rombongan. Masalahnya, waktunya bisa dikompromikan atau tidak? Mas Jack dan rombongan direncanakan tiba di Sam Poo Kong pukul 4 sore. Om Yo pukul 10.12 baru sampai di Mojokerto.