Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Dokter: Buat Apa Disingkat?

Seorang teman mengunggah tulisan di sebuah platform grup percakapan: "Berikut ini saya menemukan beberapa penulisan yang berbeda dalam plang di bangunan rumah sakit yang cukup membingungkan banyak orang bagaimana penyebutannya. Misalnya, RS dr. Sismadi, RS Dr. Suyoto, RS Dr. Reksodiwiryo, RSU Dr. Soetomo, RSUP Dr. Sardjito, Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, RSUD dr. Soedono, RSUP Dr. Kariadi Semarang, RS Dr. J. H. Awaloei, Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan, RSK dr. Tadjuddin Chalid Makassar, RSUD dr. Murjani Sampit, RSUD dr. Slamet Garut, dan RSUP Dr. Hasan Sadikin. Penulisan Dr dan dr di plang bangunan rumah sakit di atas berbeda- beda. Praktik penulisan itu yang bisa bikin orang bingung." Diam-diam saya menyimpan kekaguman di dalam hati. Teman saya itu tentu pesiar hebat. Begitu banyak kota di Nusantara yang sudah dirambahnya. Lebih hebat lagi, ia begitu jeli mencermati tulisan pada papan nama rumah-rumah sakit yang dijumpai di kota-kota itu. Tapi, dasar berotak n

Banyak Jalan (Pintas) Menuju KTI *)

  Sekitar 10 tahun yang lalu “ Engko sore aku diterke neng omahe kancaku, ya, Kang? ” (Nanti sore [tolong] aku diantar ke rumah temanku, ya, Bang?) Saya tak menjawab permintaan itu. Bukan karena saya tak mendengar. Juga bukan karena saya lagi menderita sariawan. Siang menjelang sore dia sudah bersiap. “Ayo, gek mangkat, Kang!” (Ayo, segera berangkat, Bang!) Kali ini ajakan itu pun tak saya jawab. Saya justru duduk santai di kursi sebelahnya. Padahal dia sudah berdandan rapi. Tak mengherankan kalau kemudian perasaannya jadi kacau! Betapa tidak! Paginya dia membuat janji dengan temannya. Untuk kemudian pergi ke suatu tempat. Menemui seseorang. Atau, mungkin, beberapa orang. Untuk membuat karya tulis ilmiah (KTI). Laporan hasil penelitian. Itu H-1 menjelang batas akhir pengumpulan berkas portofolio. Untuk pengajuan usulan sertifikasi sebuah profesi. Saya sudah membantu menghitung nilai yang diperoleh dari seluruh dokumen yang dimiliki. Kurangnya masih banyak. Amat sangat banyak

Menang tanpa Ngasorake (secuil seni negosiasi)

  Credit: https://depositphotos.com/6578713/stock-illustration-bullying-boss-shouting-and-pointing.html  Siang yang Gerah   Seorang lelaki gagah datang ke sekolah. Ia hendak mengadukan perundungan yang menimpa anak gadisnya. Tak sekadar mengadu, si ayah juga melancarkan tuntutan: sang pelaku harus dikeluarkan! Sangar: pecat! Beruntung, ia gagal bertemu dengan panglima sekolah. Sang Jenderal tengah mengikuti kegiatan dinas di luar. Hanya dua deputinya yang menerima sang tamu. Sebenarnya, sang Jenderal pun sekadar panglima  pocokan . Kedudukan resminya sama dengan kedua tandemnya: deputi. Panglima yang asli sedang cuti untuk keperluan ibadah. Kepalang tanggung. Waktu dan tenaga sudah dikorbankan. Sayang kalau niat tak jadi terlaksana. Tak ada rotan, rumput pun boleh. "Bla ... bla ... bla ...!" tutur si tamu, bak orang kalap, "Bapak-Bapak tentu tahu, ini sudah keterlaluan! Pelanggaran berat! Menyangkut etika! Ranahnya moral! Ini yang namanya "pagar makan tanaman"!