Langsung ke konten utama

Sepeda (Lagi)


Sepeda lagi. Kendaraan tak bermesin ini belakangan kian populer. Fungsinya tak lagi sekadar alat transportasi. Selain untuk berolahraga, kini banyak orang bersepeda sebagai hobi. Tampaknya ada juga tren bersepeda sebagai medium sosialisasi—bersosialisasi atau menyosialisasikan.

Sebagai kendaraan, sepeda mengemban tugas untuk bergerak dari satu titik ke titik lain. Di dalam tugas tersebut terkandung dua fungsi: arah dan laju. Untuk mengendalikan arah dan laju itu, tiga komponen berperan secara langsung: setang, rangkaian pedal-gir-rantai, dan rem. Ketiganya menjadi penentu arah dan laju gerak putar roda.

Untuk menunaikan misinya—menggerakkan roda sepeda dari titik keberangkatan ke titik tujuan—pengendara cukup mengoperasikan tiga komponen: setang, pedal, dan rem. Namun, terdapat demikian banyak komponen lain untuk menjamin ketiganya dapat beroperasi secara baik.

Harus ada sumbu (as) yang menghubungkan lengan pedal kanan dan lengan pedal kiri. Diperlukan gotri-gotri sebagai bantalan untuk menghindari gesekan antara as dan selongsongnya. Dibutuhkan vaselin untuk melumasi gotri-gotri agar leluasa berputar. Pada setiap persendian—antara pedal dan lengannya, lengan pedal dan as—mesti ada pasak pengencang.

Bantalan, pelumas, dan pasak itu diperlukan di banyak komponen sepeda. Mereka tidak tersentuh tangan dan kaki pengendara. Mereka juga bukan pelaku pengoperasian gerak sepeda. Sebagian bahkan tidak kasatmata wujud dan perannya. Namun, mereka berkontribusi nyata dalam menghadirkan kelancaran, keringanan, kenyamanan, keselamatan, dan kemudahan ("larinya semu") berkendara.

Demikianlah tata kerja sebuah organisasi. Jabatan struktural—pemegang fungsi direktif dan wewenang eksekutif—tidak perlu banyak: setang, pedal-gir-rantai, dan rem saja sudah cukup. Namun, agar direksinya akurat dan eksekusinya efektif-efisien, pejabat struktural membutuhkan komponen-komponen pendukung "larinya semu" dalam penyelenggaraan organisasi: pasak, bantalan, dan pelumas. Adakalanya dibutuhkan juga tuas dan pegas.

Karena tidak memiliki kewenangan direktif dan eksekutif tetapi peran dan fungsinya tidak bisa dinafikan, komponen-komponen nonstruktural itu lazim disebut sebagai jabatan fungsional. Pemangku jabatan fungsional tidak perlu berebut peran struktural. Komponen fungsional tak usah bernafsu untuk ikut mengoperasikan komponen struktural. 

Gotri-gotri sumbu pedal tak perlu ikut memutar as. Mereka cukup me-"larinyasemu"-kan putaran as pedal yang dikendalikan oleh kayuhan kaki pada pedal. Gotri-gotri sumbu roda tak perlu ikut memutar as roda. Mereka cukup me-"larinyasemu"-kan putaran as roda yang dikendalikan oleh tarikan rantai pada gir roda. Gotri-gotri sumbu setang tak perlu ikut memutar as setang. Mereka cukup me-"larinyasemu"-kan putaran as, mengikuti gerakan setang yang dikendalikan oleh tangan pengemudi.

Rangka

Rangka menentukan konstruksi sepeda dan komposisi komponen-komponennya. Letak, ukuran, dan jumlah komponen-komponen sepeda mengikuti konstruksi yang terbentuk oleh rangka. Lengan bawah (chain-stay), misalnya, menentukan diameter roda dan panjang rantai. Diameter roda pada gilirannya menentukan panjang dan jumlah ruji-rujinya. Diameter roda menentukan ground clearance sebagai dasar untuk menentukan panjang lengan pedal.

Konstruksi tiap-tiap sumbu berpengaruh terhadap ukuran dan jumlah gotri bantalannya. Diameter dan jumlah gotri ditentukan oleh ukuran rongga yang terbentuk oleh selisih antara keliling selongsong dan keliling as. Ukuran ban berpengaruh terhadap volume udara yang dibutuhkan untuk mengisinya. Begitu seterusnya; konstruksi dan komposisi komponen-komponen sepeda ditentukan oleh struktur rangkanya. 

Seperti rangka sepeda itulah fungsi struktur organisasi. Tanpa struktur yang jelas, komponen-komponen organisasi tidak punya pedoman untuk memahami kedudukannya, menentukan ukuran dan jumlahnya. Atau, lebih parah lagi, ketiadaan struktur organisasi yang jelas itu bisa memicu komponen-komponennya untuk beroperasi menurut insting dan nafsunya masing-masing.

Jika tidak ingin menjadi sekadar kumpulan organ-organ, organisasi harus melengkapi diri dengan struktur organisasi dan tata kerja. Cukuplah sepeda menjadi cermin.


Tabik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

11 Prinsip Pendidikan Karakter yang Efektif (Bagian 1)

    Tulisan ini  disadur dari  11 Principles of Effective Character Education ( Character Education Partnership, 2010)       Apa pendidikan karakter itu? Pendidikan karakter adalah usaha sadar untuk mengembangkan nilai-nilai budi dan pekerti luhur pada kaum muda. Pendidikan karakter akan efektif jika melibatkan segenap pemangku kepentingan sekolah serta merasuki iklim dan kurikulum sekolah. Cakupan pendidikan karakter meliputi konsep yang luas seperti pembentukan budaya sekolah, pendidikan moral, pembentukan komunitas sekolah yang adil dan peduli, pembelajaran kepekaan sosial-emosi, pemberdayaan kaum muda, pendidikan kewarganegaraan, dan pengabdian. Semua pendekatan ini memacu perkembangan intelektual, emosi, sosial, dan etik serta menggalang komitmen membantu kaum muda untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab, tanggap, dan bersumbangsih. Pendidikan karakter bertujuan untuk membantu kaum muda mengembangkan nilai-nilai budi luhur manusia seperti keadilan, ketekunan, kasih say

Indonesia Belum Mantan

  Bu Guru Lis, Pak Guru Jack, Pak Guru Yo, dan Kang Guru Gw "Selamat pagi, Prof. Saya sedang explore di Semarang," tulis Mas Joko "Jack" Mulyono dalam pesan WhatsApp-nya ke saya. Langsung saya sambar dengan berondongan balasan, "Wow, di mana, Mas? Sampai kapan? Om Yo nanti sore tiba di Semarang juga, lho." "Bukit Aksara, Tembalang (yang dia maksud: SD Bukit Aksara, Banyumanik—sekira 2 km ke utara dari markas saya)," balas Mas Jack, "Wah, sore bisa ketemuan  di Sam Poo Kong, nih ." Cocok. Penginapan Om Yohanes "Yo" Sutrisno hanya sepelempar batu dari kelenteng yang oleh masyarakat setempat lebih lazim dijuluki (Ge)dung Batu itu. Jadi, misalkan Om Yo rewel di perjamuan, tidak sulit untuk melemparkannya pulang ke Griya Paseban, tempatnya menginap bersama rombongan. Masalahnya, waktunya bisa dikompromikan atau tidak? Mas Jack dan rombongan direncanakan tiba di Sam Poo Kong pukul 4 sore. Om Yo pukul 10.12 baru sampai di Mojokerto.

Wong Legan Golek Momongan

Judul ini pernah saya pakai untuk “menjuduli” tulisan liar di “kantor” sebuah organisasi dakwah di kalangan anak-anak muda, sekitar 20 tahun silam. Tulisan tersebut saya maksudkan untuk menggugah teman-teman yang mulai menunjukkan gejala aras-arasen dalam menggerakkan roda dakwah. Adam a.s. Ya, siapa tidak kenal nama utusan Allah yang pertama itu? Siapa yang tidak tahu bahwa beliau mulanya adalah makhluk penghuni surga? Dan siapa yang tidak yakin bahwa surga adalah tempat tinggal yang mahaenak? Tapi kenapa kemudian beliau nekat melanggar pepali hanya untuk mencicipi kerasnya perjuangan hidup di dunia? Orang berkarakter selalu yakin bahwa sukses dan prestasi tidak diukur dengan apa yang didapat, melainkan dari apa yang telah dilakukan. Serta merta mendapat surga itu memang enak. Namun, mendapat surga tanpa jerih payah adalah raihan yang membuat peraihnya tidak layak berjalan dengan kepala tegak di depan para kompetitornya. Betapa gemuruh dan riuh tepuk tangan da