Pergelaran Piala Dunia 2022 baru memasuki hari ke-6. Pertandingan final baru akan berlangsung pada 18 Desember. Penyisihan grup baru akan berakhir sepekan ke depan. Para pengamat dan penggila bola mulai ramai memprediksi tim negara mana yang akan keluar sebagai juara. Beragam pendekatan mereka gunakan: analisis ilmiah, fanatisme primordial, hingga ramalan mistis.
Saya bukan pengamat persepakbolaan. Bukan pula penggila bola. Jangankan menonton langsung di stadion, menonton siaran pertandingan sepak bola sambil ngopi dan ngemil di depan TV pun kalau dirata-rata tidak sampai satu kali setahun. Andaikan ditanya tentang hasil pertandingan babak penyisihan grup Piala Dunia 2022 ini—yang sudah memainkan 16 laga—saya hanya bisa menyebut dua: Jepang menang atas Jerman dan Arab Saudi menang atas Argentina. Dua kemenangan itu pun tanpa saya ingat skornya.
Meski buta bola, jika ditanya siapa juara Piala Dunia di Qatar kali ini, saya punya jawaban yang jauh lebih maju daripada para pengamat jeli dan peramal sakti. Mereka baru memprediksi dan menjagokan, saya sudah menetapkan: Jepang. Apakah jawaban saya terpengaruh oleh kemenangan mengagetkan Jepang atas Jerman dalam duel Rabu lalu? Sama sekali tidak. Sampai detik ini saya bahkan belum mencari rekaman pertandingannya.
Adalah Jurgen Klopp yang pertama membisiki saya. "GORGEOUS! Dozens of Japanese fans stayed at the end of the Qatar-Ecuador match to clean the stadium's stands," tulis Klopp di halaman Facebooknya. "While everyone rushed to the stadium exit to avoid traffic, the Japanese waited for the stadium to empty and then came with their own trash bags to clean the stands for over an hour. RESPECT," lanjutnya.
Entah kapan Klopp mengunggah tulisan itu. Saya menemukannya kemarin. Jangan pula tanyakan kepada saya: siapa Jurgen Klopp. Saya menemukan fan page-nya tanpa sengaja. Tulisan singkat Klopp itu mendorong saya untuk mengulik informasi lebih banyak. Ternyata sudah beredar video yang merekam aktivitas para "pemulung" dari Jepang usai laga perdana di Al Bayt Stadium itu. Omar Farooq, influencer dan youtuber dari Bahrain, membagikan video hasil rekamannya itu melalui sejumlah platform media sosial.
Seorang penonton dari Jepang menenteng dua kantong plastik besar berisi sampah hasil menyisir tribune |
Tukang sampah gratis itu tidak sendirian. Anggota pasukannya banyak dan menyebar di segala penjuru stadion. Tidak hanya yang pria dan muda, regu kebersihan sukarela itu juga melibatkan kaum wanita dan tua. Masing-masing membawa kantong plastik untuk menyimpan sampah-sampah yang ditinggalkan produsernya. Mereka bergerak tanpa komando. Satu-satunya aba-aba yang mereka pahami sebagai tengara untuk memulai aksi adalah bunyi panjang peluit wasit tanda pertandingan berakhir.
Tidak seperti para penonton lain yang berebut jalan menuju pintu keluar, para penonton dari Jepang justru bergeming di tempat duduk. Mereka bersiap-siap untuk beralih peran: dari penonton menjadi relawan kebersihan. Setelah ditinggalkan penghuninya, deretan kursi penonton mereka sisir. Segala macam sampah—yang luput dari perawatan oleh produsernya—mereka pungut dan simpan di kantong plastik yang sudah mereka siapkan.
Aksi pungut dan simpan sampah tidak mengenal gender |
Usia bukan penghalang untuk menjadi relawan sampah |
Usut punya usut, Qatar bukan negara pertama yang menjadi ladang pengabdian mereka. Beberapa media meliput aksi serupa dalam penyelenggaraan Piala Dunia 2018 di Rusia dan 2014 di Brasil. Bisa jadi, operasi sampah itu selalu berlangsung di stadion mana pun asal ada penonton dari Jepang. Boleh jadi pula, peluang "memulung" di stadion itu tertutup jika seluruh pengunjungnya orang Jepang. Sebab, masing-masing merawat sampahnya sendiri.
Tidak hanya penonton, pemain pun punya perilaku yang sama. Sejumlah portal berita menyebut, usai pertandingan, para pemain timnas Jepang selalu meninggalkan ruang ganti dalam keadaan bersih dan rapi. Perilaku beradab orang Jepang tidak hanya dapat dijumpai di ruang ganti pemain dan tribune penonton. Foto berikut menunjukkan betapa santun dan legawa para pemain timnas Jepang menyikapi kekalahannya.
Para pemain timnas Jepang memberikan hormat setelah dikalahkan Pantai Gading pada Piala Dunia 2014 di Brasil |
Dalam banyak hal, Jepang layak menyandang gelar Guru Dunia.
Tabik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar