بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Segenap makhluk, yang hidup dan yang tak hidup, yang terjangkau dan yang tak terjangkau oleh liputan pancaindra, adalah titah mahakarya-Mu. Hanya Engkaulah Pemegang mutlak hak cipta dan hak milik atas mereka. Setiap amal, buah interaksi dengan makhluk-Mu, menjadi nirmakna tanpa izin dan rida-Mu. Seraya menyebut asma-Mu, Yang Maha Pemurah dan Penyayang, enam tahun silam hamba menyambut kehadiran benih-benih generasi terbaik yang Engkau utus untuk mengisi dan menghiasi hari-hari hamba.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Berkat izin
dan rida-Mu, kini benih-benih itu telah tumbuh menjadi bibit-bibit khalifah
yang, insyaallah, kelak akan menunaikan misi untuk memakmurkan bumi-Mu. Dengan
segala puji kami bersyukur atas kesempatan yang Engkau berikan kepada hamba
untuk turut mencelup jiwa, raga, akal, rasa, dan karsa mereka dalam kawah tarbiah
pusaka Rasul-Mu. Semua ini tidak luput dari iradat-Mu karena Engkaulah
Pengendali Tunggal denyut nadi semesta alam, yang bergerak maupun yang diam.
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ
Beragam
kenangan—manis, pahit, asam, getir, seru, lucu, haru, pilu—telah terbentang
panjang dari titik awal perjumpaan hingga detik-detik akhir perpisahan kami.
Dengan kemahamurahan-Mu, Engkau izinkan hamba menyelami keindahan aneka
panorama di kedalaman samudra ilmu-Mu. Dengan kasih-Mu, Engkau izinkan hamba
mengisap kejernihan tetes-tetes nira dan madu yang meleleh lembut dari
tetumbuhan aneka rupa di taman kearifan-Mu. Dengan sayang-Mu, Engkau izinkan
hamba menghirup wewangian bunga aneka aroma dan mereguk kesegaran buah aneka
rasa di kebun hikmah-Mu. Dengan Rahman dan Rahim-Mu, Engkau ejawantahkan
khazanah ilmu, kearifan, dan hikmah-Mu itu sebagai pribadi-pribadi unik yang
Engkau titiskan pada anak didik hamba. Sejujurnya, dalam kurun enam tahun itu
bukanlah mereka yang berguru kepada hamba, melainkan justru hambalah yang
sesungguhnya belajar dari mereka. Kalaupun ada secuil pelajaran yang dapat
mereka serap dari hamba, itu semata-mata berkat kemurahan-Mu yang bersenyawa
dengan welas asih-Mu. Engkau pancarkan Rahman dan Rahim-Mu pada kecerdasan
mereka dalam mencerna ayat-ayat keagungan-Mu.
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ
Engkaulah
Penegak neraca keadilan dan Pemegang palu sidang peradilan pada hari pembalasan ketika setiap amal—pikiran, perasaan, sikap, dan perbuatan—mesti dipertanggungjawabkan kelak.
Selama enam tahun anak-anak didik hamba menjadi bagian—bahkan bagian terpenting—dalam
rentang hidup hamba. Mustahil, dalam kurun sepanjang itu hamba nihil dari dosa
dan kesalahan. Kekhilafan yang terjadi akibat kebodohan hamba atau kezaliman
yang terjadi akibat kepongahan hamba akan menjadi pemberat bobot amal keburukan
hamba di neraca peradilan-Mu. Tiada yang lebih hamba butuhkan pada hari yang
Engkau janjikan nanti, selain luapan ampunan-Mu. Sementara, hamba khawatir
Engkau tidak berkenan membuka pintu ampunan-Mu sebelum Engkau saksikan
transaksi permaafan sebagai wujud pelunasan utang piutang dosa dan kesalahan di
antara kami. Maka, bukakan pintu maaf anak-anak didik hamba. Ulurkan
tangan-tangan halus mereka untuk membaluri jiwa kerdil hamba dengan sepenuh
ketulusan maaf. Sebaliknya, andai pernah ada adab mereka kepada hamba yang
sempat mengundang murka-Mu, segera simpan kembali amarah-Mu. Hamba tak pernah
sungkan untuk membiarkan pintu maaf terbuka lebar-lebar sebelum, ketika, dan
setelah mereka membuat kenakalan yang polos dan spontan itu.
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ
Di antara
sekian banyak anak didik hamba, masing-masing piawai dalam sejumlah bidang
tertentu tetapi kurang mahir dalam beberapa bidang yang lain. Dengan keragaman
bakat dan kreativitas itulah Engkau titahkan mereka untuk memilih, menekuni,
dan mengembangkan profesi dan pekerjaan yang berbeda-beda. Hamba pasrah kepada
kewenangan mutlak-Mu untuk membekali anak didik hamba dengan bakat dan minat
tertentu, memberdayakan bakat dan minat mereka menjadi kecakapan yang berdaya
guna, lalu mengantarkan mereka ke lahan profesi dan kursi jabatan yang tepat
guna dan sarat maslahat. Yang hamba mohon hanyalah jadikan bakat, minat,
kecakapan, profesi, dan jabatan mereka kelak sebagai titian pengabdian yang
ikhlas kepada-Mu. Dengan pertolongan-Mu, jadikan setiap krida dan karya mereka
sebagai wahana ibadah kepada-Mu sembari membangun kedamaian dan kesejahteraan
hidup berjemaah di muka bumi.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ
Di depan
mata anak didik hamba terbentang memanjang beragam lorong pendidikan dengan
aneka corak, motif, warna, dan nuansa. Selepas dari pangkuan hamba, mereka akan
segera berhamburan menyerbu gerbang-gerbang sekolah lanjutan. Tunjukkan kepada
mata hati mereka jalan pendidikan terbaik menurut pandangan-Mu Yang Mahacermat.
Tuntunlah langkah kaki mereka ke arena pendidikan yang menjamin kemurnian
akidah, kesahihan ibadah, dan keluhuran muamalah. Teguhkan karsa mereka untuk
menapaki jalan lurus yang Engkau ridai kendati kadang terjal, licin,
sempit, dan berlubang.
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ
الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ
Anak-anak
didik hamba beranjak meninggalkan masa kanak-kanak, menginjak masa remaja—usia yang
menguras kewaspadaan ekstra dan mengundang kecemasan luar biasa. Jagalah jiwa
raga mereka agar tetap tegar mempertahankan harkat dan martabat dalam
mengarungi gelombang pergaulan budaya serbaneka. Peliharalah kesetiaan mereka
kepada keluhuran syariat sebagai benteng dan tameng untuk melawan godaan iblis
yang kadang merayu santun dan berbisik lembut bak angin sepoi menyusuri ngarai,
tetapi kadang menghantam keras dan ganas bagaikan badai menggulung ombak
lautan menerjang pantai.
Walau hamba tak sesuci para nabi atau sebersih para sufi, izinkan hamba memohon: kabulkanlah doa hamba ini. Āmīn, āmīn, āmīn, yā, Mujīb as-sā’ilīn.
Tabik
*) Sambutan seorang kepala sekolah ketika melepas lulusan sekolahnya pada 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar