24 Nov 2013

Mengintip Dapur Pendadaran Guru Finlandia (Bagian 2 - Habis)

Tempaan yang Paripurna
Kandidat yang lolos seleksi kemudian menempuh pendidikan guru secara ketat, dengan biaya sepenuhnya ditanggung Pemerintah. Guru SD, SMP, dan SMA harus berkualifikasi magister (S2), sedangkan guru PAUD harus sarjana (S1). Pendidikan guru di Finlandia menerapkan program mayor-minor. Pada jenjang S1, mahasiswa menyelesaikan beban studi 180 kredit (SKS), dan S2 120 SKS. Tidak ada alternatif lain untuk memperoleh sertifikat guru. Ijazah yang diterbitkan oleh universitas itu sekaligus berfungsi sebagai lisensi mengajar.
Selaian jurusan PAUD, calon guru PAUD juga bisa mengambil program mayor di jurusan pekerjaan sosial, dengan syarat yang 60 SKS merupakan mata kuliah ke-PAUD-an dan pedagogi sosial. Mahasiswa calon guru SD pada jenjang S1 mengambil jurusan pendidikan guru kelas, di mana mereka dituntut menguasai materi seluruh bidang studi inti yang diajarkan di SD beserta didaktik dan metodiknya. Pada jenjang S2, mereka bisa mengambil jurusan ilmu pendidikan atau bisa juga mengambil spesialisasi pendidikan khusus—persiapan untuk mengajar siswa-siswa berkebutuhan khusus. Kandidat guru SMP dan SMA/K mengambil program mayor pada satu bidang studi tertentu dan minornya pada bidang studi yang lain—boleh satu atau dua.

23 Nov 2013

Mengintip Dapur Pendadaran Guru di Finlandia (Bagian 1)

(Refleksi Hari Guru Nasional)

Senin lusa, 25 November 2013, bangsa kita memperingati Hari Guru Nasional (HGN). Memang, sebagai wujud apresiasi terhadap jasa profesi yang satu ini, hampir setiap negara di dunia memiliki hari guru nasional masing-masing. Bahkan, di tingkat dunia pun ada Hari Guru Internasional, yang jatuh pada 5 Oktober (di negara kita tentu kalah tenar oleh peringatan Hari TNI, yang jatuh pada tanggal yang sama).
Mengawali renungan ini, sejenak kita simak penggalan sambutan Mendikbud dalam peringatan HGN 2013 dan HUT ke-68 PGRI seperti dikutip berikut ini.
“....
Kalau kita cermati struktur penduduk kita pada tahun 2010, terdapat 46 juta anak usia 0 sampai 9 tahun dan 44 juta anak usia 10 sampai 19 tahun. Jadi, sekarang ini kalau kita ingin mempersiapkan generasi 2045, tidak ada pilihan lain kecuali harus memperkuat layanan, baik akses maupun kualitas pendidikan kita, mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pada tahun 2045, mereka akan berusia 35 sampai 44 tahun dan 45 sampai 55 tahun. Merekalah yang akan memimpin dan mengelola bangsa dan negara yang kita cintai ini. Mereka harus kita bekali dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan zamannya. Mereka harus memiliki kemampuan berpikir orde tinggi, kreatif, inovatif, berkepribadian mulia, dan cinta pada tanah air, serta bangga menjadi orang Indonesia, sebagaimana yang digagas dalam Kurikulum 2013.
....

18 Nov 2013

Berguru kepada Guru-Guru Finlandia


“Pendidik profesional—apakah ia seorang guru yang mengajar di kelas, petugas perpustakaan, konselor, atau di bagian mana pun ia bertugas—memiliki satu tujuan yang sama: menyaksikan semua muridnya berhasil di sekolah dan dalam kehidupan kelak. Tak hanya bangga ketika muridnya berprestasi, mereka juga tak bisa tidur bila ada muridnya yang gagal. Pendidik profesional secara rutin menghampiri murid-muridnya sebelum dan seusai jam sekolah, memeriksa pekerjaan murid-muridnya untuk memperbaiki rencana pembelajaran, menjumpai keluarga muridnya pada malam hari dan akhir pekan, dan berjuang keras untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Kendati demikian, pengorbanan mereka jarang ‘dilirik’ oleh masyarakat yang dilayaninya.”
(American Educator, Summer 2011, pg. 34)

Secara mengejutkan, Finlandia bercokol di puncak peringkat hasil penilaian PISA (Programme for International Student Assessment) pada tahun 2000. Dari 41 negara peserta, Finlandia menduduki peringkat ke-1 untuk literasi membaca, peringkat ke-5 untuk literasi matematika, dan peringkat ke-4 untuk literasi sains. Prestasi ini bukan sebuah kebetulan. Hal ini dibuktikan dengan konsistensinya dalam penilian serupa periode berikutnya. Pada 2003, Finlandia masih bertengger di peringkat ke-1 untuk literasi membaca, peringkat ke-2 (matematika), dan ke-1 (sains). Sedangkan pada 2006 peringkatnya menjadi ke-2 (membaca), ke-2 (matematika), dan ke-1 (sains).

Populer