Langsung ke konten utama

Sersan dan Kopral Junjungan Jenderal

Mayjen Farid Makruf, Pangdam V/Brawijaya

"Harus lebih banyak menampilkan babinsa. Kiprah mereka. Keteladanan mereka. Kepeloporan mereka. Juga, prestasi-prestasi mereka di tengah masyarakat desa," pesan Mayjen Farid Makruf, seperti dikutip Dahlan Iskan (Harian Disway, 24 Juli 2023, hlm. 2).

Jenderal Farid menyampaikan instruksi itu ketika dirinya belum genap satu minggu menjabat Panglima Daerah Militer (Pangdam) V/Brawijaya. Dia tidak ingin media milik Kodam hanya menampilkan foto-foto dan berita seputar kegiatan Pangdam. “Isi website Kodam Brawijaya jangan melulu wajah pangdamnya. Seminggu pertama, oke. Biar kenal dulu. Setelah itu harus lebih banyak menampilkan wajah babinsa. Atau Danramil. Dandim,” ujarnya.

Perhatiannya kepada prajurit garda terdepan tidak berhenti di situ. Tepat lima bulan setelah mengemban tugas, Pangdam menandatangani nota kesepahaman (MoU) bersama pendiri Harian Disway, Dahlan Iskan, 28 April 2023. MoU tersebut mengatur penyelenggaraan Brawijaya Awards. Tujuannya, memilih para babinsa (bintara pembina desa) inspiratif dari seluruh Jawa Timur—teritorial Kodam V/Brawijaya.

Mayjen Farid Makruf bersama Dahlan Iskan

Penghargaan Brawijaya Awards terdiri dari sepuluh kategori: (1) toleransi antarumat beragama, (2) pemberdayaan ekonomi masyarakat, (3) pemberdayaan pemuda, (4) olahraga, (5) peduli lingkungan, (6) peduli pendidikan, (7) kesehatan, (8) ketahanan pangan, (9) pelestarian budaya, dan (10) aksi sosial.

Di seluruh teritorial Kodam V/Brawijaya terdapat 8.900-an babinsa yang tersebar di 33 Kodim. Seleksi tahap pertama dilakukan oleh Kodim masing-masing. Tiap-tiap Kodim memilih sepuluh babinsa—satu babinsa per kategori—untuk dinilai oleh tim juri. Pada seleksi tahap kedua, 330 babinsa terpilih itu memaparkan program-program unggulan mereka. Penilaiannya dilakukan secara daring oleh tim redaksi Harian Disway. Tim juri kemudian menetapkan 50 finalis untuk dinilai pada tahap ketiga.

Penilaian tahap final dilakukan on the spot. Tim juri datang langsung ke tempat tugas babinsa yang bersangkutan. Ada lima aspek yang dinilai: inovasi, dampak, intensitas, kontinuitas, dan orisinalitas program unggulan masing-masing. Dewan juri dibagi menjadi empat tim. Tiga tim masing-masing menilai 12 babinsa. Satu tim sisanya menilai 14 babinsa. Tiap-tiap tim terdiri dari seorang akademisi dari FISIP Universitas Airlangga (Unair), seorang jurnalis (Harian Disway), seorang fotografer, dan seorang videografer.

Dalam menjalankan misinya, tidak jarang tim juri harus berjibaku menaklukkan berbagai tantangan. Jarak antarlokasi penilaian yang saling berjauhan tentu memaksa mereka menempuh perjalanan panjang yang melelahkan. Belum lagi bila desa binaan babinsa itu terletak di kawasan terpencil dengan medan yang ekstrem dan akses jalan yang sangat terbatas. Beruntung mereka mendapat dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya, tiap-tiap tim difasilitasi satu unit mobil SUV oleh sebuah perusahaan otomotif yang menjadi salah satu sponsor.

Tim juri harus memperoleh data selengkap dan seakurat mungkin. Tidak sekadar mengamati aksi babinsa yang dinilai, mereka juga mesti menghimpun informasi dari berbagai sumber. Semua informasi langsung ditulis menjadi reportase. Juri dari Harian Disway bertugas untuk itu. Akademisi Unair mencatat hal ihwal kiprah babinsa terkait lima aspek penilaian. Fotografer dan videografer sibuk membidik dan mengabadikan setiap momen penting yang mereka saksikan.

Setelah merampungkan penilaian lapangan, tim juri bersidang pleno untuk menetapkan juara I dan juara II tiap-tiap kategori. Juri jurnalis memaparkan hasil liputannya. Juri akademisi menimpali dengan catatan-catatan kritisnya. Yang unik, tidak ada angka dalam penilaian itu. Semua detail capaian babinsa pada kelima aspek penilaian disajikan dalam bentuk narasi dan deskripsi.

Para babinsa inspiratif penerima Brawijaya Awards

Puncaknya, malam penganugerahan Brawijaya Awards digelar pada Senin, 24 Juli 2023, di Balai Prajurit, Makodam V/Brawijaya. Dua puluh bintara dinobatkan sebagai babinsa inspiratif dan menerima piagam penghargaan yang ditandatangani Pangdam, Mayjen TNI Farid Makruf, dan Founder Harian Disway, Dahlan Iskan. Selain piagam, mereka juga menerima berbagai hadiah dari sponsor. Hadiah utama berupa sepeda motor listrik diberikan kepada para juara I tiap-tiap kategori.

"Sejak kelahirannya pada tahun 1963, semasa Indonesia dipimpin Presiden Soekarno, babinsa (bintara pembina desa) yang saat itu masih disebut sebagai bintara pembina telah berperan aktif sebagai ujung tombak TNI-AD dalam berbagai penugasan," tulis Farid dalam halaman pengantar Harian Disway edisi Senin, 24 Juli 2023.

"Sejak kelahirannya, babinsa bisa dibilang menjadi satuan teritorial terdepan TNI Angkatan Darat karena perannya yang langsung berhadapan dengan masyarakat," sambung sang Jenderal. "Tugas babinsa meliputi pengumpulan serta pemeliharaan beberapa data yang berhubungan dengan aspek geografi, demografi sampai sosial, dan potensi nasional di daerah kerjanya. Hal ini juga meliputi cukup banyak sekali aspek, di antaranya aspek sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam (SDA), sarana-prasarana serta infrastruktur di wilayah binaannya."

Pengakuan atas peran penting babinsa itulah yang mendorong Pangdam untuk menggelar Brawijaya Awards yang dipersembahkan khusus untuk para babinsa, yang olehnya dijuluki sebagai prajurit siluman. "Kompleksitas tugas babinsa ini menggambarkan beratnya tugas sekaligus mulianya pengabdian mereka. Olehnya, kami menyambut baik saat Harian Disway yang didirikan empu pers Indonesia Dahlan Iskan menggelar Brawijaya Awards 2023. Kami langsung menyatakan dukungan penuh untuk inisiatif positif ini."

Kedua tokoh memang terkesan saling cuci tangan. Farid Makruf menyebut, ide penyelenggaraan Brawijaya Awards berasal dari Dahlan Iskan. Sebaliknya, wartawan kawakan cum pengusaha yang juga mantan Menteri BUMN itu mengaku, inisiatif Brawijaya Awards berasal dari Pangdam. Sepertinya mereka tidak sadar bahwa gagasan cemerlang ini adalah prestasi gemilang yang sangat layak untuk dikonversi menjadi dukungan dari bawah dan pujian dari atas.

"Jangan besar dari jabatan, tetapi besarkanlah jabatan," pesan Jenderal Farid yang sering dikutip Dahlan Iskan. Ups, pantas saja Pangdam kelahiran Tanah Merah, Bangkalan, Madura itu begitu!

Tabik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

11 Prinsip Pendidikan Karakter yang Efektif (Bagian 1)

    Tulisan ini  disadur dari  11 Principles of Effective Character Education ( Character Education Partnership, 2010)       Apa pendidikan karakter itu? Pendidikan karakter adalah usaha sadar untuk mengembangkan nilai-nilai budi dan pekerti luhur pada kaum muda. Pendidikan karakter akan efektif jika melibatkan segenap pemangku kepentingan sekolah serta merasuki iklim dan kurikulum sekolah. Cakupan pendidikan karakter meliputi konsep yang luas seperti pembentukan budaya sekolah, pendidikan moral, pembentukan komunitas sekolah yang adil dan peduli, pembelajaran kepekaan sosial-emosi, pemberdayaan kaum muda, pendidikan kewarganegaraan, dan pengabdian. Semua pendekatan ini memacu perkembangan intelektual, emosi, sosial, dan etik serta menggalang komitmen membantu kaum muda untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab, tanggap, dan bersumbangsih. Pendidikan karakter bertujuan untuk membantu kaum muda mengembangkan nilai-nilai budi luhur manusia seperti keadilan, ketekunan, kasih say

Indonesia Belum Mantan

  Bu Guru Lis, Pak Guru Jack, Pak Guru Yo, dan Kang Guru Gw "Selamat pagi, Prof. Saya sedang explore di Semarang," tulis Mas Joko "Jack" Mulyono dalam pesan WhatsApp-nya ke saya. Langsung saya sambar dengan berondongan balasan, "Wow, di mana, Mas? Sampai kapan? Om Yo nanti sore tiba di Semarang juga, lho." "Bukit Aksara, Tembalang (yang dia maksud: SD Bukit Aksara, Banyumanik—sekira 2 km ke utara dari markas saya)," balas Mas Jack, "Wah, sore bisa ketemuan  di Sam Poo Kong, nih ." Cocok. Penginapan Om Yohanes "Yo" Sutrisno hanya sepelempar batu dari kelenteng yang oleh masyarakat setempat lebih lazim dijuluki (Ge)dung Batu itu. Jadi, misalkan Om Yo rewel di perjamuan, tidak sulit untuk melemparkannya pulang ke Griya Paseban, tempatnya menginap bersama rombongan. Masalahnya, waktunya bisa dikompromikan atau tidak? Mas Jack dan rombongan direncanakan tiba di Sam Poo Kong pukul 4 sore. Om Yo pukul 10.12 baru sampai di Mojokerto.

Wong Legan Golek Momongan

Judul ini pernah saya pakai untuk “menjuduli” tulisan liar di “kantor” sebuah organisasi dakwah di kalangan anak-anak muda, sekitar 20 tahun silam. Tulisan tersebut saya maksudkan untuk menggugah teman-teman yang mulai menunjukkan gejala aras-arasen dalam menggerakkan roda dakwah. Adam a.s. Ya, siapa tidak kenal nama utusan Allah yang pertama itu? Siapa yang tidak tahu bahwa beliau mulanya adalah makhluk penghuni surga? Dan siapa yang tidak yakin bahwa surga adalah tempat tinggal yang mahaenak? Tapi kenapa kemudian beliau nekat melanggar pepali hanya untuk mencicipi kerasnya perjuangan hidup di dunia? Orang berkarakter selalu yakin bahwa sukses dan prestasi tidak diukur dengan apa yang didapat, melainkan dari apa yang telah dilakukan. Serta merta mendapat surga itu memang enak. Namun, mendapat surga tanpa jerih payah adalah raihan yang membuat peraihnya tidak layak berjalan dengan kepala tegak di depan para kompetitornya. Betapa gemuruh dan riuh tepuk tangan da