Banyumanik, 2 Februari 2019
Menyambung pertemuan ke-1 sepekan sebelumnya. Pertemuan kedua ini sebenarnya tidak terprogram. Di luar kontrak. Menurut rencana, saya hanya dijadwalkan untuk membersamai teman-teman dalam kelompok-kelompok kecil. Mungkin tidak sampai sepuluh orang peserta tiap-tiap kelompok. Tapi mendadak saya mengusulkan pertemuan tambahan. Klasikal. Maka, saya sebut pertemuan ke-2 ini sebagai pertemuan remedial.
Saya iba. Mayoritas teman-teman belum beranjak dari soal-soal yang menguji LOTS: mengingat (remembering) dan memahami (understanding). Itu terendus dari karya yang sudah sampai ke dapur koreksi saya. Belum mencapai 25% dari jumlah peserta, memang. Saya mulai menduga-duga. Apa sebab? Apakah mereka gagal memahami perbedaan antara LOTS dan HOTS? Apakah mereka mengalami kesulitan yang amat sangat untuk membuat soal HOTS? Itu dugaan pertama. Atau, jangan-jangan, mereka masih memandang sebelah mata urgensi HOTS? Kalau yang LOTS saja sulit, ngapain susah-susah bikin yang HOTS? Atau, gek-gek HOTS itu dianggap sebagai bid`ah? Ini syak wasangka kedua.
Dugaan pertama saya coba menepisnya. Pasalnya, dalam pertemuan ke-1 sudah saya suguhkan sejumlah contoh. Untuk dibandingkan: yang LOTS bagaimana, yang HOTS seperti apa. Ditambah, ada buku panduan dari Puspendik. Yang saya bagikan beberapa hari sebelum pertemuan. Tepatnya, saya minta tolong pihak berkompeten untuk membagikannya. Pun kemudian saya susulkan video tutorial. Produk Puspendik juga. Total, 9 keping: 3 tentang soal HOTS, 1 tentang kisi-kisi soal, 3 tentang kaidah soal pilihan ganda, 1 tentang kaidah soal isian, dan 1 lagi tentang kaidah soal uraian.
Andai saya sibuk, soal-soal itu tinggal saya kembalikan lagi saja. Saya beri catatan dengan tinta merah: “Maaf, Soal yang Anda buat masih LOTS! Belum HOTS!” Begitu. Untungnya, atau celakanya(?), saya lagi nganggur. Jadinya, tetap saya beri sejumlah coretan. Sambil mengoreksi konstruksi dan bahasanya. Kadang juga substansinya. Ya kisi-kisinya, ya rumusan soalnya. Tidak mengapa. Idhep-idhep “tadarus”.
Saya pun yakin, dugaan kedualah biangnya. Untuk membedah ini, saya terpaksa mesti jemawa. Cumanthaka memba-memba ngulama. Begitu cibiran yang layak saya terima. Betapa tidak? Seperti tampak pada foto di atas, saya membuka kelas remedial ini dengan pengajian. Ha-ha-ha. Saya ingat satu adegan yang terekam apik di dalam kitab suci agama saya: fit and proper test. Uji kelayakan dan kepatutan. Untuk meyakinkan wangsa malaikat. Bahwa penunjukan bangsa manusia sebagai calon khalifah di bumi itu putusan objektif, rasional, meritokratik.
Begini kisahnya.
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ٣٠
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمۡ عَلَى ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبُِٔونِي بِأَسۡمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ٣١
31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”
قَالُواْ سُبۡحَٰنَكَ لَا عِلۡمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡحَكِيمُ ٣٢
32. Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
قَالَ يَٰٓـَٔادَمُ أَنۢبِئۡهُم بِأَسۡمَآئِهِمۡۖ فَلَمَّآ أَنۢبَأَهُم بِأَسۡمَآئِهِمۡ قَالَ أَلَمۡ أَقُل لَّكُمۡ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ غَيۡبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَأَعۡلَمُ مَا تُبۡدُونَ وَمَا كُنتُمۡ تَكۡتُمُونَ ٣٣
33. Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”
وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ أَبَىٰ وَٱسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٣٤
34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka, kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Firman Tuhan ini yang saya pakai sebagai senjata. Lima ayat di dalam surat Al-Baqarah itu menarasikan fit and proper test terhadap Adam a.s. Hanya saja, saya menggugat diksi yang dipakai Kementerian Agama untuk menerjemahkan dua kata yang saya garisbawahi: أَنۢبَأَ (menyebutkan) dan ۡأَسۡمَآءَ (nama-nama). Jika ujiannya sekadar “menyebut nama-nama benda”, prediksi saya Malaikat jauh lebih kompeten daripada Adam. Bukankah Malaikat itu jago dalam remembering, reciting, dan recalling? Maka, saya (kembali nakal dan nekat) menerjemahkannya menjadi “menguraikan tabiat benda-benda”. Medharake watak-wantune samubarang kalir. To identify the nature of observable things. (Wuih, mangkin nggaya saja ini!)
Ini analisis semantik yang saya pakai. Kata anba’ punya akar yang sama dengan kata naba’ dan nabi. (Saya, sih, sebenarnya buta bahasa Arab. Mangkin kentara cumanthaka-nya, kan?) Nabi itu juru penerang. Juru penjelas. Pamedhar sabda. Messenger. Interpreter. Sedangkan al-asma’ al-husna, yang terkenal berjumlah 99, merujuk pada sifat-sifat agung yang melekat pada Tuhan (the nature of God).
Dari analisis “ngawur” itulah saya menyimpulkan: Adam dipilih oleh Tuhan sebagai khalifah di bumi karena kompetensi HOTS-nya. Sebenarnya lebih enak dibalik: untuk menahbiskan khalifah di bumi, Tuhan meng-install software HOTS pada diri Adam (representasi bangsa manusia). So, HOTS itu fitrah manusia. Blaikkk! Berarti, kalau suka menjejalkan soal-soal tidak HOTS kepada siswa, sungguh kita sedang giat menyiapkan generasi yang akan menanggalkan fitrahnya?!
Simpulkan sendiri saja. Biar upgraded to HOTS human being.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar