7 Feb 2019

HOTS yang Lagi Hot #2

Banyumanik, masih 26 Januari 2019

Berikutnya, saya suguhkan tiga butir soal. Dari selengkapnya empat. Menguji literasi Sains. Diambil dari PISA 2015. Dalam satu tema: Sustainable Fish Farming. Simulasi eksperimen budidaya ikan secara berkelanjutan. (Saya lumayan kewalahan. Untuk menemukan padanan kata sustainable. Yang pas dalam bahasa Indonesia). Sayang, saya hanya bisa mendapatkan yang edisi bahasa Inggris. Terpaksa saya terjemahkan. Sekenanya. Untuk kepentingan coaching ini. Agar audiens paham? Bukan! Cuma biar saya disangka mengerti bahasanya Donald Trump. Biar mereka percaya. Syukur-syukur kagum. Ha-ha.

Gambar di atas adalah soal ke-1. Teman-teman mencermati. Konstruksi soalnya. Ada kekagetan. Terpancar dari perubahan air muka. Soal yang memanjakan! Segenap informasi disajikan. Pengetahuan tentang fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Semua tersaji sebagai stimulus. Tidak ada yang harus dihafalkan. Responden (peserta didik berusia 15 tahun) dituntut untuk mencerna. Mengamati bagan. Memahami definisi. Menafsirkan hubungan. Mengonstruksi gagasan.  Lalu mentransfernya ke simulasi dunia nyata. Kontekstual.

Disusul, kemudian. Beberapa contoh soal buatan dalam negeri. Sebagiannya soal USBN 2018. Tahun lalu. Teman-teman mencermati lagi. Saksama. Membandingkan dengan yang sebelumnya. Tersenyum. Mulai menemukan kesadaran. Betapa cerobohnya kita. Yang indikatornya jelas menunjuk level aplikasi saja, soalnya tetap menguji ingatan. Begitu pun yang level penalaran. Atau ada yang kebablasan. Semangat penalarannya terlalu menggebu. Sampai keluar dari nalar yang logis dan rasional. Memang ada, tah?

Tiga slide terakhir berisi dua catatan refleksi. Dan satu sosok inspirasi. Refleksinya saya ambil dari catatan di Facebook saya. Aku (Memang) Anak Nakal #2 (3 April 2018) dan  Aku (Memang) Anak Nakal #4 (6 April 2018). Keduanya berkisah tentang perlawanan saya. Terhadap malapraktik pendidikan calon guru. Berkorelasi dengan seri catatan ini. Episode #1.

Sosok inspirasinya saya tampilkan Pak Ardan Sirodjuddin. Kepala SMKN 1 Tuntang. Yang mengidentifikasikan dirinya sebagai CEO. Bukan kepala sekolah biasa. Yang gagasan dan kerjanya biasa-biasa saja. Saya mengiyakan julukan itu. Saya lebih suka menyebut beliau sebagai Master Coach virtual saya. Ya! Lantaran saya berbulan-bulan hanya bisa berguru kepada beliau secara virtual. Melalui Facebook. Baru dua pekan tepat  sebelum saya menunaikan tugas ini, kami bertemu secara langsung. Alhamdulillah. Dan saya sudah tidak sabar. Untuk segera menularkan virus kreativitas dan inovasi. Yang menjangkiti beliau. Kepada teman-teman saya.

Tidak lupa. Terima kasih, Facebook. Yang telah mempertemukan saya dengan orang-orang luar biasa hebat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Populer