12 Nov 2012

Perubahan dan Kita

Berdasarkan statusnya, perubahan—setidaknya—dapat diklasifikasikan  ke dalam tiga kategori: (1) perubahan yang diabaikan; (2) perubahan karena terpaksa; dan (3) perubahan yang dikehendaki.

Perubahan yang Diabaikan

Bayangkan seseorang tengah duduk di kursi goyang di teras rumahnya pada suatu pagi nan lembut. Lurus di depannya teronggok jam bandul berbingkai almari ukir berdinding kaca bening. Ketiga batang jarumnya tak pernah berhenti bergerak. Gerak satu putaran jarum detik diikuti pergeseran jarum menit sejauh satu setrip kecil. Gerak satu putaran jarum menit diiringi pergeseran jarum jam sejauh satu setrip besar. Selama orang tersebut duduk menikmati ayunan kursi malas itu, sudah tak berbilang kali lonceng jam berlabel "made in Germany" itu berdentang. (Agak ganjil! Biasanya "made" in Bali, kok yang ini in Germany?)

8 Nov 2012

Siapa Mau Jadi Guruku?

Tak ada seorang anak manusia pun yang bisa memilih dari rahim siapa, di mana, dan dalam keadaan bagaimana ia dilahirkan. Begitu pula aku. Bahwa orang tuaku berlimpah harta, itu anugerah-Nya yang tak mungkin kuingkari. Bahkan, aku hanya pantas bersyukur atas anugerah itu. Bahwa aku lahir dan tumbuh dengan jasmani yang normal dan bugar, itu semata bukti kemahamurahan-Nya. Bahkan, aku pantas berbangga dengan pertumbuhanku yang lebih cepat daripada anak-anak sebayaku.

Sayangnya, di balik aneka kelebihan itu, aku juga dianugerahi--yang menurut sebagian orang--kekurangan. Aku tidak tahan berlama-lama memusatkan perhatianku pada satu aktivitas atau satu objek. Berfokus pada satu hal selama 10 menit itu sudah cukup menyiksa bagiku, walau orang-orang di sekitarku menganggapnya terlalu singkat. Sepuluh menit mematri konsentrasi itu sungguh membelenggu nafsuku untuk berulah ini-itu. Sungguh aku merasa tersiksa dengan belenggu yang dipasang oleh orang-orang "normal" yang tak merestui ulahku itu.

25 Okt 2012

Guru Kelas atau Guru Mata Pelajaran?

Ironis! Akhir-akhir ini semakin sering orang memandang sebelah mata terhadap status guru sekolah dasar (SD) sebagai guru kelas. Di jagad persekolahan, istilah guru kelas merujuk pada guru yang mengampu semua mata pelajaran generik di satu kelas. Mata pelajaran generik di dalam kurikulum yang tengah berlaku di SD saat ini meliputi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). 

Kegamangan atas pemberlakuan status guru kelas datang dari dalam dan luar sekolah. Dari dalam, mulai muncul perasaan kurang percaya diri (PD) pada sebagian guru SD untuk mengajarkan banyak mata pelajaran. Alasan yang melatarbelakangi adalah keberatan atas tuntutan untuk menguasai bahan pelajaran. Berkembang pandangan bahwa materi pelajaran SD dewasa ini jauh lebih sulit ketimbang belasan tahun yang lalu, ketika para guru itu duduk di bangku SD. Bahkan, ada yang memvonis tidak profesional bila seorang guru SD yang bukan sarjana matematika, misalnya, harus mengajarkan matematika di kelasnya. Guru golongan ini menuntut pemerintah untuk mengubah kebijakan: guru SD semestinya berperan sebagai guru mata pelajaran.


Populer