Tak ada seorang anak manusia pun yang bisa memilih dari rahim siapa, di mana, dan dalam keadaan bagaimana ia dilahirkan. Begitu pula aku. Bahwa orang tuaku berlimpah harta, itu anugerah-Nya yang tak mungkin kuingkari. Bahkan, aku hanya pantas bersyukur atas anugerah itu. Bahwa aku lahir dan tumbuh dengan jasmani yang normal dan bugar, itu semata bukti kemahamurahan-Nya. Bahkan, aku pantas berbangga dengan pertumbuhanku yang lebih cepat daripada anak-anak sebayaku.
Sayangnya, di balik aneka kelebihan itu, aku juga dianugerahi--yang menurut sebagian orang--kekurangan. Aku tidak tahan berlama-lama memusatkan perhatianku pada satu aktivitas atau satu objek. Berfokus pada satu hal selama 10 menit itu sudah cukup menyiksa bagiku, walau orang-orang di sekitarku menganggapnya terlalu singkat. Sepuluh menit mematri konsentrasi itu sungguh membelenggu nafsuku untuk berulah ini-itu. Sungguh aku merasa tersiksa dengan belenggu yang dipasang oleh orang-orang "normal" yang tak merestui ulahku itu.