"Wahai, Tuhan, ampunilah aku; ampuni juga kedua orang tuaku; dan sayangilah keduanya, seperti mereka menyayangi aku ketika aku masih kecil." Kali ini mulut anakku yang melantunkan doa itu. Tak jemu-jemu, jagoanku yang kala itu berumur empat tahunan itu mengulang-ulang permohonan itu setiap usai salat. Aku tidak tahu, dia benar-benar merasa membutuhkan atau sekadar menghafalkan pelajaran baru yang didapat dari ibu gurunya. Yang jelas, doa itu sempat menyejukkan jiwaku. Bahkan aku sedikit berbangga demi menyaksikan anakku, investasiku itu, sudah tumbuh menjadi benih laba yang dapat kupetik di hari kelak. Tenteram hatiku setiap kali mendengar lirih doa anakku itu. Namun, kebanggaan itu tak bertahan lama. Tiba-tiba hobi protesku kambuh. Ya, aku memrotes rumusan doa itu. "... seperti mereka menyayangi aku ketika aku masih kecil ." Kenapa hanya ketika anakku masih kecil? Bukankah aku (akan) menyayangi dia sepanjang hayatku? Kenapa kasih sayang Tuhan
catatan ringan hasil pengindraan jagat pendidikan