Langsung ke konten utama

Postingan

Diputus, ... Syukurin!

Suatu sore lepas asar, di ruang tamu rumah seorang konselor. Sebenarnya, beliau "hanya" seorang guru di sebuah perguruan tinggi. Di sela-sela kesibukan memberikan kuliah, beliau juga punya hobi mengajarkan ilmu agama di salah satu petak rumahnya. Ruangan sederhana itu mirip sebuah pondok pesantren. Setiap hari, pada jam-jam tertentu, belasan --kadang puluhan-- remaja akhir, putra-putri, menimba ilmu di sana. Adalah keakrabannya dengan berbagai persoalan umat yang mengantarkan beliau kepada julukan "konselor". Seorang mahasiswi semester akhir duduk tertunduk lesu di kursi kayu. Wajahnya tertunduk layu. Kedua matanya sembab. Sebentar-sebentar tangannya merogoh tisu dari dalam tas, lalu menyapu air matanya yang nyaris jatuh. Sepasang bibirnya bergantian digigit-gigit sendiri. Sepertinya ada ekspresi yang ditahan. Tak ada yang menemani. Tadi istri Pak Konselor hanya sempat menyambutnya di pintu, menyilakan duduk, mengambilkan segelas air putih, menanyakan kaba

Untung, Sempat Nyicil!

Ketika kecil dulu, aku sering dikudang oleh Simbok (panggilan untuk ibu dalam tradisi keluarga kami). Kudangan beliau tidak berbeda jauh dari impian kebanyakan masyarakat petani tradisional desa: mbesuk gedhe dadi dhokter . Aku berani memastikan, kala itu Simbok tidak memikirkan konsekuensi yang harus ditanggung untuk mengantarkan anaknya mewujudkan kudangan tersebut. Seandainya sempat berpikir tentang hal itu, pasti beliau tidak bakal berani mengungkapkan kudangan sembrono begitu. Kelak aku pun sempat protes karena ternyata beliau tidak wani nggetih  untuk mewujudkan kudangannya sendiri. Sebagai pelampiasan kekecewaan itu, kuabadikan cita-cita besar beliau dalam corak tulisan tanganku. Ya, tulisan tanganku mirip tulisan dokter di resep obat. Baru setelah jadi orang (bukan anak-anak lagi, maksudku), aku memahami maksud kudangan Simbok, yang kini sudah berusia senja. Kudangan itu setidaknya berguna sebagai pelecut agar aku tumbuh bersama impian besar. Dan ... benar-benar gairahku terpa

Juara Sejati

Dapatkah Anda menyebut nama-nama Miss Universe (ratu sejagad) lima tahun terakhir? Atau, para Putri Indonesia lima tahun terakhir? Mampukah Anda menyebut nama-nama aktor dan aktris pemenang Piala Oscar lima tahun terakhir? Atau, para peraih Piala Citra dalam FFI tahun terakhir saja? Sanggupkah Anda menyebut lima nama orang terkaya sejagad yang terakhir dirilis majalah Forbes ? Atau, lima orang terkaya di Indonesia tahun terakhir? Bagaimana? Anda menyerah? Tak mengapa. Tak perlu putus asa. Mungkin risiko yang akan Anda derita hanya gagal memenangi kuis televisi atau mengisi penuh seluruh kotak TTS. Agar tidak larut dalam perasaan kurang cerdas, segera beralihlah ke pertanyaan-pertanyaan berikut.

Tuhan Pangling

Matahari terbit dari barat. Sinarnya terang berkilau , membuat semua mata merasa silau. Perlahan sang bagaskara terus turun dari singgasananya. Jaraknya makin dekat ke bumi, anggota keluarganya yang selama ini ditimang-timang dalam kehangatan dan kecerahan cahayanya. Makin lama makin mendekat. Tinggal tersisa jeda sejengkal di atas kepala orang berdiri. Sengatan panasnya membakar hangus segala benda, menembus se genap lapisan dinding pelindung makhluk semesta. Jalinan atmosfer robek compang-camping kehilangan rupa. Rajutan ozon koyak menganga di mana-mana. Seluruh mantel penghalang tak kuasa membendung radiasi sinar ultra dan infra dari sang bola raksasa. Tiada yang tersisa. Benua es yang berjuta tahun tidur nyenyak di dua kutub dunia mendadak cair. Lebur . L eleh . L uluh . L antak. Bumi berguncang keras. Seluruh planet turut bergetar dahsyat. Resonansinya menimpa segenap benda luar angkasa. Serentak berguguran. Rontok. Jaga t raya memuntahkan segala isi perutnya. Bongkah-bongkah

MP3 atau MP4?

Pagi itu   rumah Pak Dar cukup ramai. Tidak seperti biasanya, memang. Bertahun-tahun tinggal di situ, baru kali ini suasana Lebaran di rumah Pak Dar tampak meriah. Sekitar pukul sepuluh pagi, serombongan tamu datang dengan beberapa mobil minibus. Rumah yang tak begitu luas itu penuh oleh tetamu Lebaran. Bahkan, beberapa tamu laki-laki terpaksa duduk lesehan di teras dan beberapa yang lain memilih duduk di bangku panjang di bawah rerimbun pohon mangga yang tumbuh di halaman depan yang juga terbilang sempit. Tidak tampak ada acara formal. Yang terdengar hanya obrolan ringan tanpa batasan topik yang jelas. Usai topik yang satu, obrolan melompat ke topik yang lain. Alur pembicaraan pun mengalir lancar walau sebentar-sebentar beralih tema. Sesekali riuh derai tawa hadirin dan tuan serta nyonya rumah meningkahi percakapan bebas dan santai tanpa pemandu acara itu. “Kalau Lebaran begini libur berapa hari, Mbak Rin?” pertanyaan Bu Dar tiba-tiba menghentikan perbincangan yang semu

Malu kepada Penjaja Mendoan

Mendoan adalah sejenis tempe yang amat tipis. Di “negara” asalnya, mendoan memang didesain tipis sejak dari awal pencetakannya. Setelah dikupas kemasannya yang terdiri atas dua lapis, daun pisang di lapisan dalam dan daun jati di lapisan luar, tempe mendoan mesti diangkat secara hati-hati. Kalau tidak, ia akan mudah patah karena ketipisannya. Dilumuri adonan tepung terigu berbumbu lalu digoreng, mendoan menjadi camilan lezat untuk ukuran masyarakat sekelas saya. Di daerah lain, di kota domisili saya, orang suka membuat mendoan palsu. Tempe tebal raksasa yang berbalut kemasan plastik dipotong-potong selebar telapak tangan. Tiap-tiap potong lalu dibelah tipis-tipis hingga ketebalannya menyerupai mendoan. Dimasak dengan cara yang sama, kemudian tempe berkemul itu ramai-ramai dinamai mendoan juga. Di warung-warung permanen maupun di lapak dan gerobak kaki lima, mendoan palsu itu menjadi “snack” yang laris manis. Suatu sore saya menemani istri mencari camilan untuk berbuka puasa. Pilihan j

Berguru kepada Abang Becak

Teman yang satu ini sungguh beruntung. Ia punya seorang ayah. Satu-satunya ayah yang dimilikinya itu bekerja sebagai pengemudi becak. Beliau dan teman-teman seprofesi boleh iri. Pengemudi kapal terbang ada namanya: pilot. Pengemudi kapal laut punya sebutan khusus: nakhoda. Pengemudi kereta api punya julukan: masinis (sekalipun berkelamin perempuan, ia tidak dijuluki mbaksinis). Pengemudi mobil – segala jenis mobil – disebut sopir. Pengemudi dokar, andong, atau delman punya nama: kusir atau sais. Lha pengemudi becak? Belum dibuatkan julukan khusus untuk mereka. Di Betawi, pengemudi sepeda beroda tiga (bila mirip merk produk tertentu, anggap saja itu bukan ketaksengajaan [?]) itu dipanggil “abang becak” (bila ia seorang perempuan, pasti panggilannya berubah). Di daerah-daerah lain, mereka lazim menerima sebutan “tukang becak” atau “penarik becak”. Yang terakhir ini kacau lagi. Pengemudi becak kan duduk di belakang kabin penumpang? Masa, menarik dari belakang ke depan??? Namun, buk