Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Humaniora

Stimulasi Membaca pada Anak Usia Dini

Laporan hasil survei oleh Central Connecticut State Univesity (CCSU) bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dirilis pada Maret 2016 mencatat, minat baca masyarakat Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara. Dalam survei tiga tahunan Programme for International Student Assessment (PISA) peringkat literasi anak-anak Indonesia (kisaran usia 15 tahun) tidak pernah beranjak dari kelompok 10 terendah. Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia/ Indonesian National Assessment Programme (AKSI/INAP) menunjukkan hasil serupa: kompetensi membaca 46.83% siswa sekolah dasar (SD) tergolong kurang. Serangkaian data tersebut cukup mengecewakan jika dikorelasikan dengan capaian program pemberantasan buta aksara. Tercatat, pada 2014 angka buta aksara di Indonesia tinggal 4,4%. Dapat dipastikan, tidak seorang pun penyandang buta aksara tersebut berstatus sebagai siswa SD yang menjadi sasaran AKSI maupun remaja 15 tahun yang menjadi sasaran PISA. Lalu ada apa di balik ketimpangan antara k

Semalam di Bukit Kori #2 (Habis)

Ini kegiatan yang dirancang secara grusa-grusu tapi berakhir mubra-mubru. Sedari awal tak jelas struktur organisasinya. Juga tak ada job descriptions . Apalagi sampai standard operating procedure -nya, blas!   Sebenarnya sempat beberapa kali muncul pertanyaan, “Aku kebagian bawa apa?” Tapi—seperti lazimnya soal ujian untuk anak sekolah—pertanyaan terbuka macam itu selalu memantik keraguan untuk menjawabnya. Takut salah. Kali lain, tawaran kesanggupan mengemban tugas itu dirumuskan dalam soal pilihan ganda saja. Seperti ini, misalnya: Perlengkapan yang harus saya bawa adalah .... A. anglo B. baskom C. ceret D. dandang E. enthong Juga pernah muncul pertanyaan, “Kumpul di mana? Jam berapa?” Lagi-lagi, pertanyaan ini tidak menarik minat untuk menjawab. Alhasil, masing-masing berangkat menurut naga dina -nya sendiri. Ada yang menjelang jam 10 sudah take off  dari tanah airnya, tapi kesasar touring dulu ke Segawe-Kendil-Pojok. Ada yang bakda salam salat Jumat langsung ngge

Semalam di Bukit Kori #1

Kori adalah sebutan untuk sebuah bukit (atau perbukitan?) di Dusun Randubang, Desa Pare, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Dari jalan raya Wonogiri—Pracimantoro, lokasinya dapat diakses melalui jalan lingkar selatan kota Wonogiri, masuk dari sebelah utara Mapolres Wonogiri. Sebelum sampai Dusun Sumber, Desa Pare, kira-kira satu kilometer dari Mapolres, ada jalan naik di sebelah kiri. Mengikuti jalan beton itulah, kita akan menjumpai kawasan penambangan bahan galian C. Ratusan penambang bekerja di kawasan perbukitan batu itu sejak pagi hingga sore. Puluhan dump truck hilir mudik, datang kosong dan pergi penuh muatan batu hasil perontokan bukit. Para pelaku ekonomi berbagi peran. Ada pemilik lahan yang menyewakan (baca: menjual) bukitnya untuk dikeruk isinya. Ada pemilik modal yang menjalankan usaha pertambangan, yang lazimnya sekaligus pemilik alat-alat berat penghancur, penghimpun, dan pengangkut kandungan bukit. Ada pemilik keterampilan mengoperasikan kendaraan-kendaraan bera

Labu Madu "Sumber Mirah"

Pracimantoro, 24 Desember 2018. Selepas magrib. Gerimis kecil masih belum jemu. Membasahi bumi kelahiran saya. Jeng Mantan mengajak saya makan di luar. Tidak lazim. Kalau lagi berlibur di rumah mertua, biasanya dia suka bereksperimen di dapur. Ya, eksperimen. Karena tidak jarang terjadi error. Kali ini dia ingin mencicipi kuliner khas kampung halaman mantannya. Saya tawarkan warung nasi tiwul. Tidak tertarik. Memang, lidahnya kurang bersahabat dengan nasi gaplek. Alternatif kedua saya tawarkan. Resto Sumber Mirah . Dekat. Di sebelah timur kampung kami. Milik teman sekolah. Seangkatan waktu SMP dulu. Beberapa kali pulang kampung, saya gagal menjajal menunya. Terbentur kesempatan. Awalnya saya ragu. Tidak gampang mengajak Jeng Mantan bertemu teman sekolah saya. Maklum, dia pencemburu. Dan sadar, mantannya ini pensiunan Arjuna (haha ... sila tertawa). Di luar dugaan, dia setuju. Padahal saya sudah bilang, mungkin nanti bertemu juragannya. Yang teman sekolah saya waktu SMP itu. Yang cantik

Ketika Semua Harus (Bisa) Menulis

“Halhaaah ... yang penting kamu itu nulis!”  Begitu, komentar salah seorang guru saya atas keputus(asa)an saya. Tiga huruf di dalam kurung itu opsional: boleh dipakai, boleh juga tidak dipakai. Ada unsur keputusasaan, memang. Akibat kegagalan saya untuk meyakinkan seseorang. Bahwa argumentasi di dalam prosposal saya benar. Secara empiris. Pun solusi yang saya tawarkan. Rasional. Prospektif. Penolakan atas proposal nakal itu kemudian mengantarkan saya ke sebuah keputusan. Bulat. Memutus rantai ritual akademik.  Yang penting menulis. Itulah pengakuan jujur dari guru saya itu. Memang, kesimpulan saya, mata rantai yang saya tampik itu beraroma “yang penting menulis”. Tidak harus “menulis yang penting”. Bahkan, praktiknya bisa lebih parah lagi: yang penting setor tulisan. Entah karya sendiri atau belian. Semua harus menulis. Fardu ain ini sekarang tidak hanya berlaku sebagai ritual untuk memperoleh titel akademik terentu. Syariatnya sudah merambah ke dunia kerja. Menjadi syarat untuk kenaik

Berkorban untuk Berkurban

  السلام عليكم ورحمة الله وبركاته اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَالِهٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا اَنْ هَدَانَا اللهُ اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهٗ لَا شَرِيْكَ لَهٗ   وَاَشْهَدُ انَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهٗ وَرَسُوْلُهٗ لَا نَبِيَّ بَعْدَهٗ اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلٰي نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰي آلِهٖ وَاَصْحَابِهٖ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسٰنٍ اِلٰي يَوْمِ الْقِيٰمَةِ يٰٓأَيُّهَا الّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَ اَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ Kaum muslimin, yang dimuliakan Allah, Hari ini, Jumat, 31 Juli 2020 Miladiyyah bertepatan dengan 10 Zulhijah 1441 Hijriyyah , Allah sub ḥ ānahū wa ta`ālā izinkan kita berjumpa dengan hari raya Iduladha. Tiada kalimat yang lebih pantas untuk kita ucapkan daripada ungkapan syukur اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ . Umu