Langsung ke konten utama

Postingan

Uji Kompetensi Awal

Ada yang sejak awal sudah menolak. Ada yang panik untuk menjalani. Ada yang berdebar-debar menanti pengumuman hasilnya. Ada yang kemudian bersorak kegirangan (bangga?) Ada yang mendadak jantungan. Ada yang kecewa ... Dan yang terkesan paling kecewa adalah Pak Menteri. "Nilai UKA (Uji Kompetensi Awal) sangat rendah," kata beliau. Nilai rata-rata nasional "hanya" berkepala 4. Ya, 4 koma sekian. Duh, guru ... guru .... Demi tunjangan sebesar gaji per bulan, semua jadi ruwet begini. Jangan-jangan sudah tidak ada lagi persoalan pendidikan yang menjadi perhatian bangsa ini selain kesejahteraan para guru? Ngeri!

Nyontek?!

Tiga tahun terakhir saya mendapat tugas mengampu kelas 6—kelas terakhir di sekolah dasar. Pada awal tahun pelajaran, saya selalu bertanya kepada anak-anak, "Siapa yang selama bersekolah belum pernah menyontek?"  Mencengangkan! Tahun pertama, tahun pelajaran 2009/2010, di antara 127 siswa tak seorang pun tunjuk tangan. Tahun kedua, 2010/2011, tak seorang anak pun—di antara 141 anak—tunjuk tangan. Tahun ini, 2011/2012, satu di antara 152 anak tunjuk jari. Praktis, selama tiga angkatan, dari 420 anak, saya baru mendapati seorang siswa yang belum bergelar penyontek. Berikutnya saya bertanya, "Siapa yang pernah diajari  nyontek  oleh orang tua kalian?"  Di antara 420 anak tidak ada yang mengacung. Tanya saya lagi, "Siapa yang pernah diajari  nyontek  oleh ibu atau bapak guru kalian?" Kembali sepi. Tak ada yang tunjuk tangan. Apakah  nyontek  itu warisan? Ataukah ia insting? Jadi, mereka bisa tanpa perlu diajari?  Simak jawaban mereka atas pertanyaan berikutny