Aku sungguh benci dia. Dia hanyalah biang rasa malu bagiku. Pertemuan dengannya adalah saat yang paling membuatku menderita. Apalagi bila itu terjadi di depan orang banyak. Kehadirannya menjadi perusak citra diriku. Jika dia datang ketika aku sedang tertawa renyah bersama teman-temanku, seketika tawa riangku musnah. Jika dia datang ketika aku sedang riuh rendah bergurau, seketika senda gurauku menjadi kacau. Jika dia datang ketika aku tengah bernyanyi riang, seketika laguku mendadak sumbang. Pekerjaannya memasak. Setiap hari dia membuat beraneka makanan dan menjajakannya di sebuah sekolah. Entahlah, kenapa para guru dan siswa di sekolah itu setia menjadi pelanggannya? Apakah itu karena cita rasa masakannya berhasil memanjakan selera lidah mereka, ataukah mereka sekadar iba menyaksikan duka nestapanya. Ya, barangkali, sebenarnya mereka tidak berniat membeli makanan yang dijajakannya. Boleh jadi, mereka hanya ingin mengapresiasi ketabahannya sebagai seorang perempuan yang menderita cac
catatan ringan hasil pengindraan jagat pendidikan