Langsung ke konten utama

Postingan

Perubahan dan Kita

Berdasarkan statusnya, perubahan --setidaknya-- dapat diklasifikasikan  ke dalam tiga kategori: (1) perubahan yang diabaikan; (2) perubahan karena terpaksa; dan (3) perubahan yang dikehendaki. Perubahan yang Diabaikan Bayangkan seseorang tengah duduk di kursi goyang di teras rumahnya pada suatu pagi nan lembut. Lurus di depannya teronggok jam bandul berbingkai almari ukir berdinding kaca bening. Ketiga batang jarumnya tak pernah berhenti bergerak. Gerak satu putaran jarum detik diikuti pergeseran jarum menit sejauh satu setrip kecil. Gerak satu putaran jarum menit diiringi pergeseran jarum jam sejauh satu setrip besar. Selama orang tersebut duduk menikmati ayunan kursi malas itu, sudah tak berbilang kali lonceng jam berlabel "made in Germany" itu berdentang. (Agak ganjil! Biasanya "made" in Bali, kok yang ini in Germany?)

Siapa Mau Jadi Guruku?

Tak ada seorang anak manusia pun yang bisa memilih dari rahim siapa, di mana, dan dalam keadaan bagaimana ia dilahirkan. Begitu pula aku. Bahwa orang tuaku berlimpah harta, itu anugerah-Nya yang tak mungkin kuingkari. Bahkan, aku hanya pantas bersyukur atas anugerah itu. Bahwa aku lahir dan tumbuh dengan jasmani yang normal dan bugar, itu semata bukti kemahamurahan-Nya. Bahkan, aku pantas berbangga dengan pertumbuhanku yang lebih cepat daripada anak-anak sebayaku. Sayangnya, di balik aneka kelebihan itu, aku juga dianugerahi--yang menurut sebagian orang--kekurangan. Aku tidak tahan berlama-lama memusatkan perhatianku pada satu aktivitas atau satu objek. Berfokus pada satu hal selama 10 menit itu sudah cukup menyiksa bagiku, walau orang-orang di sekitarku menganggapnya terlalu singkat. Sepuluh menit mematri konsentrasi itu sungguh membelenggu nafsuku untuk berulah ini-itu. Sungguh aku merasa tersiksa dengan belenggu yang dipasang oleh orang-orang "normal" yang tak me

Guru Kelas atau Guru Mata Pelajaran?

Ironis! Akhir-akhir ini semakin sering orang memandang sebelah mata terhadap status guru sekolah dasar (SD) sebagai guru kelas. Di jagad persekolahan, istilah guru kelas merujuk pada guru yang mengampu semua mata pelajaran generik di satu kelas. Mata pelajaran generik di dalam kurikulum yang tengah berlaku di SD saat ini meliputi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).  Kegamangan atas pemberlakuan status guru kelas datang dari dalam dan luar sekolah. Dari dalam, mulai muncul perasaan kurang percaya diri (PD) pada sebagian guru SD untuk mengajarkan banyak mata pelajaran. Alasan yang melatarbelakangi adalah keberatan atas tuntutan untuk menguasai bahan pelajaran. Berkembang pandangan bahwa materi pelajaran SD dewasa ini jauh lebih sulit ketimbang belasan tahun yang lalu, ketika para guru itu duduk di bangku SD. Bahkan, ada yang memvonis tidak profesional bila seorang guru SD yang bukan sarj

pepeel

Namanya saja sudah tidak begitu jelas: PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN. Kalaupun tidak membingungkan, setidaknya nama ini berkesan terlalu umum.  Beberapa hari yang lalu sekolah kami melepas delapan orang "guru purna tugas". Semuanya masih muda, sangat muda, bahkan. Masa tugas mereka pun baru sebentar, sekitar tiga bulan potong libur Lebaran. Ya, mereka adalah para calon guru yang baru saja usai menjalani masa PPL. Ekspresi kegembiraan sangat kentara menghiasi wajah mereka. Entah, perasaan apa yang menjadi pencetusnya: puas karena berhasil mengantongi segudang pengalaman yang cukup sebagai bekal untuk menjalani profesi masa depan, optimis akan menyandang profesi yang menjanjikan penghasilan rangkap (gaji + tunjangan profesi), atau sekadar lega karena segera bebas dari tekanan tugas-tugas perploncoan sebagai praktikan? Sayang, kegembiraan itu tidak bertahan lama. Sebelum acara pamitan selesai, "musibah" segera menimpa mereka. Itu gara-gara kepala sekola

Guruku Luar Biasa!

Giritontro, 22 Agustus 2012 Dua puluh enam tahun sudah, kami berpisah. Hari itu kami kumpul-kumpul bareng teman-teman seangkatan SMP. Meriah, ... itu pasti! Setiap ada teman baru datang, saling bertanya, “Sinten, nggih?” Rupanya, 26 tahun itu waktu yang cukup untuk membuat kami saling pangling. Di balik keriuhan suasana reuni, terselip sejumlah pelajaran kemanusiaan. Semuanya saya bawa pulang dan dengan bangga saya sajikan sebagai oleh-oleh untuk keluarga dan teman-teman. Kini, saatnya saya bagikan oleh-oleh itu di sini. Siapa pun, yang menaruh apresiasi pada nilai kemanusiaan, boleh ambil. Egaliter Semua alumni yang hadir memakai kaus seragam. Kepada mereka yang terjangkau, kaus diantar sebelum hari-H. Datang ke acara, kami sudah mengenakan kaus itu. Yang tidak terjangkau, begitu datang segera diberi kaus yang sama. Sebagian teman-teman putri yang berbusana muslimat tetap memakai kaus seragam sebagai penutup blus panjang mereka. Alhasil, tak ada kostum orang kaya atau orang kurang ka

Hewan Paling Liar

Ketika disebut sebagai hewan yang berpikir, tak ada manusia yang protes. Ketika dijuluki sebagai hewan yang berpolitik, tak ada manusia yang menggugat. Ketika dinobatkan sebagai hewan yang berestetika, tak ada manusia yang menolak. Ketika dianugerahi gelar sebagai hewan yang berbudaya, tak ada manusia yang berontak. Apalagi ketika digelari sebagai hewan yang beretika, tak ada manusia yang tidak menerimanya dengan bangga. Tetapi, bagaimana jika manusia dinominasikan sebagai penyandang predikat sebagai hewan yang paling liar?             Kawanan singa hidup di hutan belantara. Mereka digolongkan sebagai hewan liar. Itu wajar. Tidak ada yang berkeberatan. Ulat hidup di batang, daun, buah, atau biji tanaman. Tempat hidupnya sekaligus menjadi makanannya. Ulat dikategorikan sebagai hewan liar. Itu sah. Tidak ada yang membantah. Kawanan burung blekok bersarang di pepohonan. Mereka mencari makan di sawah, danau, empang, tambak, atau sungai. Mereka dikelompokkan sebagai hewan liar.

Spanyol Juara Luar-Dalam

Beragam spekulasi akhirnya terjawab sudah. Senin (2/7/12) dini hari--menurut jam kita--gelaran Piala Eropa 2012 berakhir. Spanyol dinobatkan sebagai juara setelah berhasil mencukur Italia 4-0. Teknik tiki-taka, yang akhir-akhir ini sering menuai kecaman, terbukti masih mujarab sebagai "jimat" Spanyol untuk melumpuhkan lawan. Selamat kepada Spanyol! Di balik gelar Euro Champion  yang disandangnya, sejujurnya timnas Spanyol menyisakan satu pertanyaan yang gagal terjawab: siapa bintang di timnas Spanyol?