Langsung ke konten utama

Postingan

Mengundang Takzim Malaikat

“Aku akan menitahkan seorang khalifah di muka bumi.” (Q.S. 2: 30) Sontak, maklumat dari Sang Khalik itu membuat para malaikat terperanjat. Dengan nada khawatir, komunitas makhluk langit itu bertanya, “Mengapa Paduka hendak menyerahkan urusan bumi kepada bangsa yang suka berbuat korup di sana? Lagi pula mereka gemar membuat pertumpahan darah? Sedangkan kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan menguduskan Paduka.” (Q.S. 2: 31) Kekhawatiran malaikat cukup beralasan. Bumi merupakan planet merdeka. Segala fasilitas tersedia. Segenap karsa mendapat kesempatan untuk diwujudkan. Segala macam nafsu punya peluang untuk berkembang. Upaya pemuasan nafsu itulah yang berpotensi memicu pertumbuhan perilaku merusak atau korup. Aneka rupa sumberdaya alam yang terhampar di permukaan atau terpendam di dalam perut bumi dieksploitasi secara semena-mena. Aktivitas pendayagunaan sumberdaya alam tidak sekadar berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan, melainkan terlampau jauh didedikasikan untuk me

Minta Maaf: Komoditas Termahal Abad Ini

Seorang anak melukai perasaan temannya dengan kata-kata kotor, jorok, hina, dan ... entah ajektiva apa lagi yang pas untuk mengatributi kata-kata itu. Orang tua si korban naik darah. Itu sikap lumrah, saya pikir. Siapa pun orangnya akan tersinggung mendapati anak kesayangannya yang masih bau kencur "dianugerahi" gelar serendah dan segelap itu. Masih beruntung, orang tua tersebut tidak serta merta melabrak pelaku. Dengan bijak, beliau mengadu kepada pihak--yang menurut harapan beliau--bisa menjadi mediator. Dengan segala keterbatasan, penerima aduan mencoba mencari solusi. Fakta-fakta dihimpun dari segenap penjuru yang teridentifikasi bisa dijadikan rujukan informasi. Intervensi dilakukan--sekali lagi, dengan segala keterbatasan.

Fatihah Perpisahan *)

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ Segenap makhluk, yang hidup dan yang tak hidup, yang terjangkau dan yang tak terjangkau oleh liputan pancaindra, adalah titah mahakarya-Mu. Hanya Engkaulah Pemegang mutlak hak cipta dan hak milik atas mereka. Setiap amal, buah interaksi dengan makhluk-Mu, menjadi nirmakna tanpa izin dan rida-Mu. Seraya menyebut asma-Mu, Yang Maha Pemurah dan Penyayang, enam tahun silam hamba menyambut kehadiran benih-benih generasi terbaik yang Engkau utus untuk mengisi dan menghiasi hari-hari hamba. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ Berkat izin dan rida-Mu, kini benih-benih itu telah tumbuh menjadi bibit-bibit khalifah yang, insyaallah, kelak akan menunaikan misi untuk memakmurkan bumi-Mu. Dengan segala puji kami bersyukur atas kesempatan yang Engkau berikan kepada hamba untuk turut mencelup jiwa, raga, akal, rasa, dan karsa mereka dalam kawah tarbiah pusaka Rasul-Mu. Semua ini tidak luput dari iradat-Mu karena Engkaulah Pengendali Tunggal denyut nadi sem

Pamitan

Dulu, kami kadang menggerutu, rasanya sudah terlalu lama kami bersekolah di sini. Ingin rasanya kami segera lulus, lalu berganti sekolah, berganti gedung, berganti seragam, berganti teman, dan juga berganti guru. Tapi, hari ini serta-merta perasaan itu berbalik 180 derajat. Pagi ini ada perasaaan berat untuk meninggalkan sekolah tercinta ini. Saat ini ada perasaan enggan untuk menanggalkan seragam sekolah kebanggaan kami. Detik-detik terakhir ini ada perasaan tidak rela untuk membiarkan waktu terus melaju, karena pergeseran waktu itu hanya akan mengantarkan kami makin dekat ke garis perpisahan. Ya, perpisahan menjadi “hantu” kesedihan yang terus membayangi keceriaan dan kebahagiaan kami selama berkumpul sepanjang pagi ini. Sungguh sulit untuk dipercaya bahwa kami sudah menghabiskan waktu enam tahun di sekolah bintang lima ini. Tidak berlebihan kiranya, jika kami menyebut sekolah kita ini berkelas bintang lima. Hampir semua sarana belajar yang kami perlukan untuk mengembangkan diri

Cuma Seperti Ketika Anakku (Masih) Kecil?

"Wahai, Tuhan, ampunilah aku; ampuni juga kedua orang tuaku; dan sayangilah keduanya, seperti mereka menyayangi aku ketika aku masih kecil." Kali ini mulut anakku yang melantunkan doa itu. Tak jemu-jemu, jagoanku yang kala itu berumur empat tahunan itu mengulang-ulang permohonan itu setiap usai salat. Aku tidak tahu, dia benar-benar merasa membutuhkan atau sekadar menghafalkan pelajaran baru yang didapat dari ibu gurunya. Yang jelas, doa itu sempat menyejukkan jiwaku. Bahkan aku sedikit berbangga demi menyaksikan anakku, investasiku itu, sudah tumbuh menjadi benih laba yang dapat kupetik di hari kelak. Tenteram hatiku setiap kali mendengar lirih doa anakku itu. Namun, kebanggaan itu tak bertahan lama. Tiba-tiba hobi protesku kambuh. Ya, aku memrotes rumusan doa itu. "... seperti mereka menyayangi aku ketika aku masih kecil ." Kenapa hanya ketika anakku masih kecil? Bukankah aku (akan) menyayangi dia sepanjang hayatku? Kenapa kasih sayang Tuhan

Software Peribahasa Indonesia

Anda siswa sekolah yang dituntut mengenal banyak peribahasa yang ada di dalam bahasa Indonesia? Atau, Anda guru bahasa Indonesia yang kadang-kadang mesti mengajarkan peribahasa? Atau, Anda suka membaca aneka tulisan berbahasa Indonesia dan sesekali menjumpai peribahasa di dalamnya? Jika ya, software ini kiranya cukup membantu Anda. Tak perlu membawa buku tebal ke mana-mana. Tak perlu pusing bertanya ke kanan dan ke kiri. Tinggal klik abjad pertama salah satu kata yang terkandung di dalam peribahasa yang Anda temukan. Selanjutnya, ikuti saja ... Peribahasa Indonesia: Download Peribahasa Indonesia

Anak-Ibu-Ayah Berbagi Impian

Apakah Anda punya impian tentang putra/putri Anda? Apakah Anda berani mengukur tingkat kerealistisan impian Anda? Jika Anda menjawab "ya", mintalah putra/putri Anda untuk mengisi rapor Anda seperti form A berikut. Sementara, Anda sendiri mengisi daftar impian Anda seperti form B berikut. (Pernyataan-pernyataan di dalam form A dan B sekadar contoh; bisa diubah sesuai dengan keperluan. Yang harus diperhatikan, pernyataan di dalam form A mesti linier dengan pernyataan di dalam form B yang bernomor sama.) Lalu tukarkan daftar impian Anda dengan rapor Anda. Diskusikan berdua saja dengan ananda.  Jika skor impian Anda sama dengan skor rapor Anda pada nomor yang sama, berarti impian Anda pada nomor tersebut cukup realistis. Sebaliknya, jika skor impian dan rapor pada nomor yang sama terpaut jauh, berarti impian Anda tidak realistis. Ringkasnya, makin kecil selisih kedua skor berarti impian Anda makin realistis; makin jauh selisihnya berarti makin ngelantur Anda mengigau.