Langsung ke konten utama

HOTS yang Lagi Hot #2

Banyumanik, masih 26 Januari 2019


Berikutnya, saya suguhkan tiga butir soal. Dari selengkapnya empat. Menguji literasi Sains. Diambil dari PISA 2015. Dalam satu tema: Sustainable Fish Farming. Simulasi eksperimen budidaya ikan secara berkelanjutan. (Saya lumayan kewalahan. Untuk menemukan padanan kata sustainable. Yang pas dalam bahasa Indonesia). Sayang, saya hanya bisa mendapatkan yang edisi bahasa Inggris. Terpaksa saya terjemahkan. Sekenanya. Untuk kepentingan coaching ini. Agar audiens paham? Bukan! Cuma biar saya disangka mengerti bahasanya Donald Trump. Biar mereka percaya. Syukur-syukur kagum. Haha.

Gambar di atas adalah soal ke-1. Teman-teman mencermati. Konstruksi soalnya. Ada kekagetan. Terpancar dari perubahan air muka. Soal yang memanjakan! Segenap informasi disajikan. Pengetahuan tentang fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Semua tersaji sebagai stimulus. Tidak ada yang harus dihafalkan. Responden (peserta didik berusia 15 tahun) dituntut untuk mencerna. Mengamati bagan. Memahami definisi. Menafsirkan hubungan. Mengonstruksi gagasan.  Lalu mentransfernya ke simulasi dunia nyata. Kontekstual.

Disusul, kemudian. Beberapa contoh soal buatan dalam negeri. Sebagiannya soal USBN 2018. Tahun lalu. Teman-teman mencermati lagi. Saksama. Membandingkan dengan yang sebelumnya. Tersenyum. Mulai menemukan kesadaran. Betapa cerobohnya kita. Yang indikatornya jelas menunjuk level aplikasi saja, soalnya tetap menguji ingatan. Begitu pun yang level penalaran. Atau ada yang kebablasan. Semangat penalarannya terlalu menggebu. Sampai keluar dari nalar yang logis dan rasional. Memang ada, tah?

Tiga slide terakhir berisi dua catatan refleksi. Dan satu sosok inspirasi. Refleksinya saya ambil dari catatan di Facebook saya. Aku (Memang) Anak Nakal #2 (3 April 2018) dan  Aku (Memang) Anak Nakal #4 (6 April 2018). Keduanya berkisah tentang perlawanan saya. Terhadap malpraktik pendidikan calon guru. Berkorelasi dengan seri catatan ini. Episode #1.

Sosok inspirasinya saya tampilkan Pak Ardan Sirodjuddin. Kepala SMKN 1 Tuntang. Yang mengidentifikasikan dirinya sebagai CEO. Bukan kepala sekolah biasa. Yang gagasan dan kerjanya biasa-biasa saja. Saya mengiyakan julukan itu. Saya lebih suka menyebut beliau sebagai Master Coach Virtual saya. Ya! Lantaran saya berbulan-bulan hanya bisa berguru kepada beliau secara virtual. Melalui Facebook. Baru dua pekan tepat  sebelum saya menunaikan tugas ini, kami bertemu secara langsung. Alhamdulillah. Dan saya sudah tidak sabar. Untuk segera menularkan virus kreativitas dan inovasi. Yang menjangkiti beliau. Kepada teman-teman saya.

Tidak lupa. Terima kasih, Facebook. Yang telah mempertemukan saya dengan orang-orang luar biasa hebat. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

11 Prinsip Pendidikan Karakter yang Efektif (Bagian 1)

    Tulisan ini  disadur dari  11 Principles of Effective Character Education ( Character Education Partnership, 2010)       Apa pendidikan karakter itu? Pendidikan karakter adalah usaha sadar untuk mengembangkan nilai-nilai budi dan pekerti luhur pada kaum muda. Pendidikan karakter akan efektif jika melibatkan segenap pemangku kepentingan sekolah serta merasuki iklim dan kurikulum sekolah. Cakupan pendidikan karakter meliputi konsep yang luas seperti pembentukan budaya sekolah, pendidikan moral, pembentukan komunitas sekolah yang adil dan peduli, pembelajaran kepekaan sosial-emosi, pemberdayaan kaum muda, pendidikan kewarganegaraan, dan pengabdian. Semua pendekatan ini memacu perkembangan intelektual, emosi, sosial, dan etik serta menggalang komitmen membantu kaum muda untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab, tanggap, dan bersumbangsih. Pendidikan karakter bertujuan untuk membantu kaum muda mengembangkan nilai-nilai budi luhur manusia seperti keadilan, ketekunan, kasih say

Indonesia Belum Mantan

  Bu Guru Lis, Pak Guru Jack, Pak Guru Yo, dan Kang Guru Gw "Selamat pagi, Prof. Saya sedang explore di Semarang," tulis Mas Joko "Jack" Mulyono dalam pesan WhatsApp-nya ke saya. Langsung saya sambar dengan berondongan balasan, "Wow, di mana, Mas? Sampai kapan? Om Yo nanti sore tiba di Semarang juga, lho." "Bukit Aksara, Tembalang (yang dia maksud: SD Bukit Aksara, Banyumanik—sekira 2 km ke utara dari markas saya)," balas Mas Jack, "Wah, sore bisa ketemuan  di Sam Poo Kong, nih ." Cocok. Penginapan Om Yohanes "Yo" Sutrisno hanya sepelempar batu dari kelenteng yang oleh masyarakat setempat lebih lazim dijuluki (Ge)dung Batu itu. Jadi, misalkan Om Yo rewel di perjamuan, tidak sulit untuk melemparkannya pulang ke Griya Paseban, tempatnya menginap bersama rombongan. Masalahnya, waktunya bisa dikompromikan atau tidak? Mas Jack dan rombongan direncanakan tiba di Sam Poo Kong pukul 4 sore. Om Yo pukul 10.12 baru sampai di Mojokerto.

Wong Legan Golek Momongan

Judul ini pernah saya pakai untuk “menjuduli” tulisan liar di “kantor” sebuah organisasi dakwah di kalangan anak-anak muda, sekitar 20 tahun silam. Tulisan tersebut saya maksudkan untuk menggugah teman-teman yang mulai menunjukkan gejala aras-arasen dalam menggerakkan roda dakwah. Adam a.s. Ya, siapa tidak kenal nama utusan Allah yang pertama itu? Siapa yang tidak tahu bahwa beliau mulanya adalah makhluk penghuni surga? Dan siapa yang tidak yakin bahwa surga adalah tempat tinggal yang mahaenak? Tapi kenapa kemudian beliau nekat melanggar pepali hanya untuk mencicipi kerasnya perjuangan hidup di dunia? Orang berkarakter selalu yakin bahwa sukses dan prestasi tidak diukur dengan apa yang didapat, melainkan dari apa yang telah dilakukan. Serta merta mendapat surga itu memang enak. Namun, mendapat surga tanpa jerih payah adalah raihan yang membuat peraihnya tidak layak berjalan dengan kepala tegak di depan para kompetitornya. Betapa gemuruh dan riuh tepuk tangan da