Langsung ke konten utama

Gadget

“BOCAH PINUJU SADHAR”
dalam Lancaran GUGUR GUNUNG Pelog Barang

1
Assalamu `alaikum, para lenggah kakung putri
Pripun, pripun kabaripun? Mugi pinanggih basuki
Sakecakna lenggah nglaras karawitan Jawi
Sinambi jagongan sumangga nglelipur ati
Bonang, slenthem, saron, demung, ... sesautan muni
Kendhang, kenong, gong, kempul ditabuh gilir gumanti
Penyanyine rombongan ... nganti sesak panggunge
Sing ngrawit lan sing nembang kelas nem A pancen oke
2
Ibu Guru, Bapak Guru, Ustaz kalawan Ustazah
Matur nuwun ingkang agung diparingi ngelmu kathah
Ngelmu kang piguna sangu gesang tuwin pejah
Wilujeng ing donya ing akhirat manggih bungah
Jangkep sampun enem taun ... nggulawenthah lare
Ibu lan Bapak Guru tansah sabar penggalihe
Sanajan lare-lare ... solahe nggregetake
Pak Ustaz Bu Ustazah tetep jembar segarane
3
Ayah, bunda, papa, mama, kami beranjak remaja
Jangan lengah jangan lupa haruslah lebih waspada
Berkembang budaya mengancam martabat kita
Pergaulan bebas narkoba meraja lela
Teknologi makin maju ... gadget jadi candu
Bila tidak dipandu, jiwa kami bisa rancu
Waspadalah ayahku ... hati-hati bundaku
Kalau kami keliru papa-mama nanggung malu
4
Kanca kabeh ayo eling piwulang laku utami
Salat fardu limang wektu jroning sedina sewengi
Ngaji Quran suci saben dina ora keri
Bekti rama-ibu, welas asih mring sesami
Kita nembe lulus eSDe, ... aja glopa-glape
Isih adoh jangkahe, luwih tekun sinaune
Mbesuk mlebu eSeMPe ... dijaga agamane
Sekolah ngendi wae, aja lali ngibadahe
5
Iki piye iki piye ... kok ilang swarane
Sing nabuh gamelane sajak wis keju tangane
Becik ndang dirampungke ... aja disuwe-suwe
Yen ana kleru lupute, sing gedhe pangapurane

Teks di atas adalah tembang yang dinyanyikan oleh anak-anak salah satu kelas di sebuah sekolah. Pentas mereka menjadi bagian dalam acara perpisahan usai mereka lulus. Saya tidak terlalu berharap bahwa audience paham seluruh kalimat dalam tembang itu. Namun, setidaknya, hal yang tidak berlebihan jika saya berharap mereka--yang sebagian besar orang tua alumni--mampu menangkap pesan dalam pada ke-3, yang dalam tulisan ini dicetak miring.

Menjauhkan anak-anak masa kini dari aneka gadget yang sedang ngetrend adalah tindakan naif. Namun, membiarkan mereka berteman akrab dengan teknologi informasi-komunikasi yang serbabisa itu tanpa kendali oleh orang tua dewasa adalah keputusan gegabah.

Pernah saya bertanya kepada orang tua salah seorang murid, "Bapak sering mengontrol konten hp putra Bapak?"
"Aduh, Pak, boro-boro mengontrol, mengoperasikannya saja saya ini nggak bisa," jawab beliau.

Duh ...!
Pertanyaan saya itu tidak muncul serta merta. Ia dilatarbelakangi temuan konten ??? di hape anaknya. 

Akhirnya, semua memang terserah pada kita: ORANG TUA.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

11 Prinsip Pendidikan Karakter yang Efektif (Bagian 1)

    Tulisan ini  disadur dari  11 Principles of Effective Character Education ( Character Education Partnership, 2010)       Apa pendidikan karakter itu? Pendidikan karakter adalah usaha sadar untuk mengembangkan nilai-nilai budi dan pekerti luhur pada kaum muda. Pendidikan karakter akan efektif jika melibatkan segenap pemangku kepentingan sekolah serta merasuki iklim dan kurikulum sekolah. Cakupan pendidikan karakter meliputi konsep yang luas seperti pembentukan budaya sekolah, pendidikan moral, pembentukan komunitas sekolah yang adil dan peduli, pembelajaran kepekaan sosial-emosi, pemberdayaan kaum muda, pendidikan kewarganegaraan, dan pengabdian. Semua pendekatan ini memacu perkembangan intelektual, emosi, sosial, dan etik serta menggalang komitmen membantu kaum muda untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab, tanggap, dan bersumbangsih. Pendidikan karakter bertujuan untuk membantu kaum muda mengembangkan nilai-nilai budi luhur manusia seperti keadilan, ketekunan, kasih say

Indonesia Belum Mantan

  Bu Guru Lis, Pak Guru Jack, Pak Guru Yo, dan Kang Guru Gw "Selamat pagi, Prof. Saya sedang explore di Semarang," tulis Mas Joko "Jack" Mulyono dalam pesan WhatsApp-nya ke saya. Langsung saya sambar dengan berondongan balasan, "Wow, di mana, Mas? Sampai kapan? Om Yo nanti sore tiba di Semarang juga, lho." "Bukit Aksara, Tembalang (yang dia maksud: SD Bukit Aksara, Banyumanik—sekira 2 km ke utara dari markas saya)," balas Mas Jack, "Wah, sore bisa ketemuan  di Sam Poo Kong, nih ." Cocok. Penginapan Om Yohanes "Yo" Sutrisno hanya sepelempar batu dari kelenteng yang oleh masyarakat setempat lebih lazim dijuluki (Ge)dung Batu itu. Jadi, misalkan Om Yo rewel di perjamuan, tidak sulit untuk melemparkannya pulang ke Griya Paseban, tempatnya menginap bersama rombongan. Masalahnya, waktunya bisa dikompromikan atau tidak? Mas Jack dan rombongan direncanakan tiba di Sam Poo Kong pukul 4 sore. Om Yo pukul 10.12 baru sampai di Mojokerto.

Wong Legan Golek Momongan

Judul ini pernah saya pakai untuk “menjuduli” tulisan liar di “kantor” sebuah organisasi dakwah di kalangan anak-anak muda, sekitar 20 tahun silam. Tulisan tersebut saya maksudkan untuk menggugah teman-teman yang mulai menunjukkan gejala aras-arasen dalam menggerakkan roda dakwah. Adam a.s. Ya, siapa tidak kenal nama utusan Allah yang pertama itu? Siapa yang tidak tahu bahwa beliau mulanya adalah makhluk penghuni surga? Dan siapa yang tidak yakin bahwa surga adalah tempat tinggal yang mahaenak? Tapi kenapa kemudian beliau nekat melanggar pepali hanya untuk mencicipi kerasnya perjuangan hidup di dunia? Orang berkarakter selalu yakin bahwa sukses dan prestasi tidak diukur dengan apa yang didapat, melainkan dari apa yang telah dilakukan. Serta merta mendapat surga itu memang enak. Namun, mendapat surga tanpa jerih payah adalah raihan yang membuat peraihnya tidak layak berjalan dengan kepala tegak di depan para kompetitornya. Betapa gemuruh dan riuh tepuk tangan da