Langsung ke konten utama

Pamitan

Dulu, kami kadang menggerutu, rasanya sudah terlalu lama kami bersekolah di sini. Ingin rasanya kami segera lulus, lalu berganti sekolah, berganti gedung, berganti seragam, berganti teman, dan juga berganti guru. Tapi, hari ini serta-merta perasaan itu berbalik 180 derajat. Pagi ini ada perasaaan berat untuk meninggalkan sekolah tercinta ini. Saat ini ada perasaan enggan untuk menanggalkan seragam sekolah kebanggaan kami. Detik-detik terakhir ini ada perasaan tidak rela untuk membiarkan waktu terus melaju, karena pergeseran waktu itu hanya akan mengantarkan kami makin dekat ke garis perpisahan. Ya, perpisahan menjadi “hantu” kesedihan yang terus membayangi keceriaan dan kebahagiaan kami selama berkumpul sepanjang pagi ini. Sungguh sulit untuk dipercaya bahwa kami sudah menghabiskan waktu enam tahun di sekolah bintang lima ini.
Tidak berlebihan kiranya, jika kami menyebut sekolah kita ini berkelas bintang lima. Hampir semua sarana belajar yang kami perlukan untuk mengembangkan diri tersedia di sini. Teman-teman kami yang hanya bisa menjadi penonton sering mengaku cemburu terhadap segala fasilitas yang kami dapati di sekolah ini. Karena itu, salut dan terima kasih kepada Yayasan atas seluruh karya spektakuler ini.

Selengkap dan secanggih apa pun sarana yang ada, tidak akan berdaya guna tanpa sentuhan tangan-tangan dingin para operator. Dan, alhamdulillah, guru-guru dan karyawan bertangan dingin itu ada di sini. Tidak dapat disangkal, selama enam tahun kami menjadi saksi atas kualitas karya dan pengabdian mereka. Kaki yang lincah tapi waspada, tangan yang cekatan tapi cermat, dan lisan yang tegas tapi santun tak pernah jemu memandu kami dari waktu ke waktu. Bagi kami, setiap gerakan mereka adalah teladan. Setiap sabda yang terucap oleh mereka adalah doa yang mustajab. Bahkan, ketika hanya berdiri atau diam pun, mereka adalah inspirasi atau ilham bagi kami. Maka, terima kasih kepada segenap Ibu dan Bapak Guru. Sekali lagi, untuk semua itu, kami hanya sanggup mengucapkan terima kasih. Apresiasi selebihnya kami percayakan kepada Allah Yang Mahakuasa dan pihak-pihak yang berkuasa.
Sarana belajar yang memadai serta guru dan karyawan yang mumpuni di sekolah ini tidak akan pernah punya arti apa-apa bagi kami, jika kami tidak sempat menjadi siswa di sini. Tidak diragukan lagi, orang tua kami telah menentukan pilihan cerdas dan mengambil keputusan cermat. Banyak teman kami yang sebenarnya memiliki kesempatan lebih baik tetapi kelak harus menelan pil pahit kekecewaan karena orang tua mereka dulu gegabah dalam memilihkan sekolah. Untuk itu, terima kasih dan acungan jempol untuk Ayah dan Bunda semua.

Sarana belajar yang lengkap, guru-guru yang hebat, dan orang tua yang penuh perhatian adalah himpunan anugerah yang tak ternilai. Semua itu mestinya membuat kami bersyukur tiada henti. Namun, selama ini kami justru lebih sering menyia-nyiakannya. Banyak sarana belajar yang menjadi rusak atau kotor karena ulah tangan-tangan jahil kami. Pengabdian Ibu/Bapak guru yang tulus sering ternodai oleh kenakalan dan keisengan kami. Sementara, terhadap pengorbanan Ayah dan Bunda, kami belum mampu membalasnya dengan prestasi yang membanggakan. Atas semua kekhilafan dan kekurangan itu, kami mohon Bapak-bapak pengurus Yayasan, Bapak Kepala Sekolah beserta Ibu/Bapak guru dan karyawan, dan – last but not least – Ayah dan Bunda semua berkenan memaafkan.
Ibu/Bapak guru, para pahlawan masa depan kami,
dengan berat hati, sebentar lagi kami harus meninggalkan sekolah tercinta ini. Segala kenangan – yang manis, pahit, asin, dan asam – biarlah menemani hari-hari kami ke mana pun kaki melangkah. Jalan yang harus kami tempuh masih terbentang jauh. Ilmu yang sudah Ibu/Bapak guru bukakan tabirnya selama ini akan menjadi lentera yang menerangi setiap lorong yang akan kami lalui. Sedangkan untuk melumpuhkan segala ancaman yang mengadang, kami memerlukan senjata. Untuk itu, kami mohon Ibu/Bapak guru berkenan mempersenjatai kami sepanjang waktu dengan doa dan restu.
Selamat tinggal, sekolah tercinta. Kami siap menebarkan pesonamu ke setiap jengkal bumi yang kami singgahi.
Selamat tinggal, Ibu/Bapak guru tercinta. Karya dan jasa Ibu/Bapak adalah khazanah peradaban yang tidak pantas terlupakan sepanjang hidup kami.
Selamat jalan, teman dan sahabat semua. Ke penjuru dunia mana pun berkelana, kita adalah duta almamater, yang mengemban amanah untuk mengharumkan namanya dengan merajut benang-benang emas prestasi. Ingat selalu pesan bijak guru kita, “prestasi sejati adalah kesalehan”. Setiap helaan dan embusan napas kita adalah zikir, setiap detak jantung dan denyut nadi kita adalah ibadah, setiap regangan dan kerutan otot kita adalah amal saleh.
Selamat berpisah, semuanya. Fastabiqul khairat; fa-iza faragta fansab; wa-ila rabbika fargab. Mari, berlomba-lomba menorehkan kebajikan; usai satu urusan, bergegaslah mengerjakan urusan lain; dan hanya kepada Tuhanlah kita tumpukan segenap harapan.

Wakil siswa kelas 6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

11 Prinsip Pendidikan Karakter yang Efektif (Bagian 1)

    Tulisan ini  disadur dari  11 Principles of Effective Character Education ( Character Education Partnership, 2010)       Apa pendidikan karakter itu? Pendidikan karakter adalah usaha sadar untuk mengembangkan nilai-nilai budi dan pekerti luhur pada kaum muda. Pendidikan karakter akan efektif jika melibatkan segenap pemangku kepentingan sekolah serta merasuki iklim dan kurikulum sekolah. Cakupan pendidikan karakter meliputi konsep yang luas seperti pembentukan budaya sekolah, pendidikan moral, pembentukan komunitas sekolah yang adil dan peduli, pembelajaran kepekaan sosial-emosi, pemberdayaan kaum muda, pendidikan kewarganegaraan, dan pengabdian. Semua pendekatan ini memacu perkembangan intelektual, emosi, sosial, dan etik serta menggalang komitmen membantu kaum muda untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab, tanggap, dan bersumbangsih. Pendidikan karakter bertujuan untuk membantu kaum muda mengembangkan nilai-nilai budi luhur manusia seperti keadilan, ketekunan, kasih say

Indonesia Belum Mantan

  Bu Guru Lis, Pak Guru Jack, Pak Guru Yo, dan Kang Guru Gw "Selamat pagi, Prof. Saya sedang explore di Semarang," tulis Mas Joko "Jack" Mulyono dalam pesan WhatsApp-nya ke saya. Langsung saya sambar dengan berondongan balasan, "Wow, di mana, Mas? Sampai kapan? Om Yo nanti sore tiba di Semarang juga, lho." "Bukit Aksara, Tembalang (yang dia maksud: SD Bukit Aksara, Banyumanik—sekira 2 km ke utara dari markas saya)," balas Mas Jack, "Wah, sore bisa ketemuan  di Sam Poo Kong, nih ." Cocok. Penginapan Om Yohanes "Yo" Sutrisno hanya sepelempar batu dari kelenteng yang oleh masyarakat setempat lebih lazim dijuluki (Ge)dung Batu itu. Jadi, misalkan Om Yo rewel di perjamuan, tidak sulit untuk melemparkannya pulang ke Griya Paseban, tempatnya menginap bersama rombongan. Masalahnya, waktunya bisa dikompromikan atau tidak? Mas Jack dan rombongan direncanakan tiba di Sam Poo Kong pukul 4 sore. Om Yo pukul 10.12 baru sampai di Mojokerto.

Wong Legan Golek Momongan

Judul ini pernah saya pakai untuk “menjuduli” tulisan liar di “kantor” sebuah organisasi dakwah di kalangan anak-anak muda, sekitar 20 tahun silam. Tulisan tersebut saya maksudkan untuk menggugah teman-teman yang mulai menunjukkan gejala aras-arasen dalam menggerakkan roda dakwah. Adam a.s. Ya, siapa tidak kenal nama utusan Allah yang pertama itu? Siapa yang tidak tahu bahwa beliau mulanya adalah makhluk penghuni surga? Dan siapa yang tidak yakin bahwa surga adalah tempat tinggal yang mahaenak? Tapi kenapa kemudian beliau nekat melanggar pepali hanya untuk mencicipi kerasnya perjuangan hidup di dunia? Orang berkarakter selalu yakin bahwa sukses dan prestasi tidak diukur dengan apa yang didapat, melainkan dari apa yang telah dilakukan. Serta merta mendapat surga itu memang enak. Namun, mendapat surga tanpa jerih payah adalah raihan yang membuat peraihnya tidak layak berjalan dengan kepala tegak di depan para kompetitornya. Betapa gemuruh dan riuh tepuk tangan da